Renungan Harian 30 Juli 2021

Dalam Im 25: 1.8-17 disampaikan bahwa TUHAN berfirman kepada Musa di gunung Sinai:  “Engkau harus menghitung 7 tahun sabat, yakni 7 x tujuh tahun; sehingga masa 7 tahun Sabat itu sama dengan 49 tahun. Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sangkakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal 10 bulan itu.

Pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu. Kamu harus menguduskan tahun yang ke-50, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya.

Tahun yang ke-50 itu harus menjadi tahun Yobel bagimu.  Jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya.

Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang. Dalam tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya.

Apabila kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli darinya, janganlah kamu merugikan satu sama lain. Apabila engkau membeli dari sesamamu haruslah menurut jumlah tahun sesudah tahun Yobel.  Apabila ia menjual kepadamu haruslah menurut jumlah tahun panen. Makin besar jumlah tahun itu, makin besarlah pembeliannya, dan makin kecil jumlah tahun itu, makin kecillah pembeliannya, karena jumlah panenlah yang dijualnya kepadamu.

Janganlah kamu merugikan satu sama lain, tetapi engkau harus takut akan Allahmu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.

Matius dalam injilnya (Mat 14: 1-12) mewartakan bahwa  berita-berita tentang Yesus sampai kepada Herodes, raja wilayah. Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: “Inilah Yohanes Pembaptis. Dia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.”

Memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya.

Yohanes pernah menegor Herodes: “Tidak halal engkau mengambil Herodias!” Maka, Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut kepada orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.

Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: “Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.” Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena para tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya.

Disuruhnya orang untuk memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itu pun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya.

Kemudian datanglah para murid Yohanes, mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukan hal itu kepada Yesus.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, dalam Kitab Imamat ditegaskan Allah: “Kamu harus menguduskan tahun yang ke-50, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya”.

Dari kata “yobel” itulah kita sekarang mengenal kata “yubileum”. Yubileum menunjuk tahun ke-50 untuk mengucap syukur kepada Allah, dan berdamai dengan sesama seraya membebaskan mereka dari pelbagai macam beban/hukuman atau utang. Itulah sebabnya, budak-budak menjadi orang merdeka, tanah-tanah yang digadaikan dikembalikan kepada pemiliknya, utang-utang dihapuskan, sehingga semua orang bisa hidup dalam damai.

Pada zaman now, syukuran atas berkat Tuhan selama 50 tahun,  bisa dianggap terlalu lama. Maka ada yang mengadakan syukuran 5 tahun, 10 tahun atau 25 tahun: kelahiran,  perkawinan,  hidup membiara, tahbisan imam, tahbisan uskup dan lain-lain.

Semoga Saudara-saudari yang mengadakan syukuran itu, memberi waktu yang cukup untuk mawas diri dan mengolah batin supaya “bebas dari aneka beban, dan rela membebaskan orang lain dari aneka ikatan/ beban berat” sehingga semua pihak bisa hidup dalam damai.

Dua, diwartakan Matius  bahwa setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: “Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.” Maka, sedihlah hati Herodes tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikan kepala Yohanes.

Anak yang tidak tahu apa-apa, tiba-tiba mengajukan tuntutan yang amat mengejutkan dan mengerikan karena hasutan ibunya   Maka, hendaknya kaum ibu bijaksana dan waspada serta berani mengontrol perasaannya. Anak bisa menjadi korban dari keinginan untuk balas dendam yang disimpan ibunya (orangtuanya).

Kaum bapa juga hendaknya bijaksana dan waspada akan omongan/janji/sumpah di depan orang. Jangan asal obral janji atau malah bersumpah, pada saat pesta/senang-senang sebab semuanya bisa tak terkontrol dan mengakibatkan malapetaka yang besar.  Jadilah orang-orang yang bijaksana dan cinta damai. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *