Hari ini kita memperingari orang kudus St Marta. Kisah tentang dia, terdapat dalam Yoh 11: 1-44. Di sana dikisahkan bahwa Yesus amat menyayangi 3 bersaudara: Marta, Maria dan Lazarus.
Ketika Yesus berkunjung ke rumah mereka, Marta kesal kepada Maria yang duduk dengan tenang sambil mendengarkan pengajaran Sang Guru (Yesus), sedangkan Marta sibuk menyiapkan hidangan. Dia ingin Maria membantu pekerjaannya, sehigga semuanya segera selesai.
Ternyata Yesus memuji Maria yang telah memilih Yesus, berada di dekat Dia dan mendengarkan pengajaran-Nya sebagai yang pilihan utama, dan menegur Marta yang sibuk mengurus makanan atau hal-hal yang lain.
Dalam 1Yoh 4: 7-16, Rasul Yohanes mengajarkan: “Saudara-saudariku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah. Setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.
Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita supaya mendapat bagian dalam Roh-Nya.
Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Siapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.
Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
Dalam Injilnya ( Yoh 11: 19-27 ) Yohanes mewartakan: “Ketika itu, banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.
Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.”
Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit ketika orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, dikisahkan bahwa Yesus menyayangi 3 bersaudara: Marta, Maria dan Lazarus. Sebagai manusia, Yesus membina relasi dengan orang-orang yang pernah dilayani-Nya sehingga mereka pun mengalami bahwa kasih Allah itu bukan teori, tetapi sungguh nyata, bisa dirasakan dan dilihat.
Akhir-akhir ini – pada zaman now – orang cenderung untuk berkomunikasi dengan orang-orang di tempat jauh melalui gadget, sedangkan orang-orang yang serumah atau semeja makan, se-tempat duduk lebih sering diabaikan.
Kunjungan fisik dan sapaan yang disertai kehadiran sering lebih joss daripada via gadget. Maka, luangkan waktu untuk menyapa saudara/saudarai serumah, setempat duduk, meski hanya 2 – 3 menit, toh sangat berarti. Usahakan ada perhatian, misalnya: sapaan selamat pagi, senyum, melambaikan tangan, memberikan teh hangat, atau apa saja yang sekiranya mungkin untuk dilakukan. Siapa tahu 2 – 3 menit adalah waktu pintu masuk untuk mendapatkan/menemukan kembali domba-domba yang hilang.
Dua, ditegaskan oleh Yohanes: “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya.”
Kasih artinya berani lebih dulu berinisiatif, bergerak dan memberi. Maka, siapa yang berinisiatif dan bergerak serta berkorban atau memberi dengan rela dan gembira, dia sesungguhnya melanjutkan dan menyampaikan (membuat kasih Allah itu sampai mendarat) di pikiran dan hati sesama.
Marilah kita mohon karunia Tuhan, agar melalui kita makin banyak orang berani mendaratkan dan menumbuhkan kasih Allah di pikiran dan hati orang-orang yang kita jumpai/kita layani. Amin.
Mgr Nico Adi MSC