Hari ini kita merayakan pesta St Rasul.
Sebelum dipanggil Yesus, adalah seorang buruh nelayan. Hidupnya serba kekurangan. Inilah yang membuat dia kecil hati, sangat hati-hati dan cepat berprasangka bahwa akan terjadi hal-hal yang buruk. Sikap ini sangat nyata ketika Yesus menampakkan diri kepada mereka, sesudah kebangkitan-Nya. Sesudah Pentakosta para rasul menjadi semakin teguh beriman. mewartakan injil ke Syria, Armenia dan India. Di Madrash, dia menerima mahkota kemartirannya.
Paulus dalam suratnya ( Ef 2: 19-22) menyapa umatnya: Sdr2, kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, tetapi kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.
Yohanes dalam injilnya (Yoh 20: 24-29) mewartakan: “Thomas, yang disebut Didimus, tidak bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Thomas menjawab: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Delapan hari kemudian mereka berada kembali dalam rumah itu dan Thomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”
Kemudian Ia berkata kepada Thomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Thomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, ditegaskan oleh rasul Paulus: “Kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, tetapi kawan sewarga dari para kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Kalau kita sewarga dengan para kudus dan anggota keluarga Allah berarti meski masih berada di dunia, telah menerima karunia-karunia yang diterima para kudus. Kita bukan kelas kambing, melainkan citra Allah. Marilah kita berjuang agar karunia itu tidak hilang percuma tetapi menjadi modal untuk hidup bahagia bagi kita dan sesama.
Dua, setelah ditemui Yesus, menjawab: “Ya Tuhanku dan Allahku!”
Di dalam Yesus, ada kepastian. Kesangsian , berubah menjadi kepercayaan penuh bahwa Yesus sungguh bangkit dan hadir di antara mereka”. Ungkapan “Ya Tuhanku dan Allahku” adalah pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah, bukan manusia biasa.
Marilah kita percaya bahwa di dalam Yesus, ada kepastian bahwa kita adalah anak-anak Allah dan sewarga dengan para kudus yang sekarang sudah berbahagia di surga. Kita pun sedang menuju ke sana. Amin.
Mgr Nico Adi MSC