HARI MINGGU BIASA XIII
27 Juni 2021
Bacaan I : Keb 1: 13-15; 2: 23-24
Bacaan II : 2Kor 8: 7. 9. 13-15
Bacaan III : Mrk 5: 21-43
Ketika seseorang mengalami kecelakaan tabrakan di jalan, setanlah yang menjadi kambing hitam alasan kejadian, tak peduli orang itu sedang mabuk. Ketika senja hari seseorang sedang menggunakan pisau untuk memotong-motong kayu dan kemudian pisau melukai kakinya, setanlah yang sedang gentayangan, tak peduli bahwa pergantian siang ke malam memang menuntut mata beradaptasi. Ketika ujian sekolah menyatakan seseorang tidak memenuhi persyaratan lulus, setanlah biang keladinya yang selalu mengajak dia menjauhi buku dan mendekatkan smartphone untuk melihat drakor, Drama Korea. Setan menjadi kambing hitam pada setiap peristiwa buruk yang menimpa.
Kitab Kebijaksanaan memberi gambaran tentang siapa kita, siapa Allah, dan siapa setan. “Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan menjadikan-Nya gambar hakikat-Nya sendiri. Tetapi karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu”, demikian Firman Tuhan dalam Kitab Kebijaksanaan (1: 23-24). Allah itu mahakuasa. Demikianlah ketika menciptakan manusia ia menjadikannya gambar dan hakikat-Nya sendiri. Jadi, bahkan bukan sekadar rupa dan bentuk saja yang mirip dengan Allah, tetapi hakikat manusia sendiri adalah seperti Allah. Yaitu kebakaannya dan kebaikan hatinya. Namun, manusia yang merupakan ciptaan suci tersebut telah dirusak oleh kehadiran setan yang selalu dengki dengan kebaikan manusia. Terjadilah pelanggaran dan dosa. Lagi, setan menjadi kambing hitam.
Gambaran tentang setan, sesungguhnya menjadi metafora tentang kecenderungan dosa dalam diri setiap pribadi. Setan tidak selalu menjadi gambaran sosok makhluk seram dan jahat yang berhadap-hadapan dengan kita, tetapi setan itu adalah juga yang tinggal dalam diri kita, membujuk kita untuk melanggar perintah Allah dan melakukan dosa. Itu adalah nafsu-nafsu yang tidak teratur dalam diri setiap manusia. Tentu saja nafsu-nafsu yang tidak teratur, uncontrol, berpotensi merusak kebakaan dan kesucian kita, sebab kita bisa menjadi setan karenanya. Kisah yang diceritakan dalam Injil hari ini adalah cerita tentang penyembuhan. Yairus, seorang kepala rumah ibadat, memercayakan anaknya yang sakit kepada kuasa Yesus: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati. Datanglah kiranya, dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup” (Mrk 5: 23). Demikianlah pula seorang perempuan yang menderita sakit pendarahan dua belas tahun menyandarkan pemulihan pada Yesus: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” (Mrk 5: 28). Penyembuhan itu menampakkan kuasa Yesus atas maut, atas setan.
Kita diajak untuk peka pada gerakan/kecenderungan bersikap jahat dan bertabiat buruk, sebab itu semua menjauhkan kita dari ‘gambar hakikat’ kita sebagai milik Tuhan yang suci. Satu-satunya cara waspada adalah dengan mengandalkan Allah yang mempunyai kuasa atas semua kehidupan.
Romo Agus Gunadi, Pr