Cahaya Sejati Kristus Sumber Semangat Berbagi dan Berbuah Berkat

Berikut ini adalah transkrip homili Uskup Keuskupan Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko dalam Perayaan Ekaristi Vigili Paskah di Gereja Katedral Semarang yang disiarkan melalui kanal Youtube Komsos Katedral Semarang, Sabtu, 3 April 2021.

Para Romo, Bruder, Suster, Bapak-Ibu, Orang-orang muda dan Anak-anakku yang terkasih dalam Tuhan, selamat Paskah! Berkah Dalem!

Bagaimana kabarnya? Baik? Ada sukacita dalam diri Anda semua? Sukacita ya? Syukur pada Tuhan.

Pada malam hari ini, kita semua bersukacita, bergembira, karena kita bisa merayakan perayaan Paskah kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus secara bersama-sama, entah dengan hadir di Gereja Katedral ini maupun mengikuti perayaan ini dari rumah kita masing-masing. Kita berkumpul bersama dalam satu iman untuk merayakan peristiwa kebangkitan Tuhan.

Peristiwa Paskah atau kebangkitan Tuhan senatiasa kita rindukan dan kita rayakan secara istimewa. Kita rayakan secara khusus. Mengapa demikian? Karena dalam kebangkitan, kita semua semakin diyakinkan bahwa Yesus sungguh-sungguh telah bangkit dari alam kematian. Dan sekaligus, ini menjadi tanda bahwa Yesus telah menyelesaikan karya penebusan-Nya bagi kita umat manusia, kita semua yang ada di dalam dosa.

Dengan bangkit dari kematian, Yesus telah menyelesaikan tugas perutusan-Nya yakni melaksanakan kehendak Allah Bapa-Nya, menyelamatkan umat manusia. Mengenai peristiwa kebangkitan-Nya sendiri, kita mendapatkan informasi yang sangat meyakinkan dari kesaksian para rasul dan para murid seperti ketiga perempuan yang tadi diceritakan dalam bacaan Injil hari ini. Siapa perempuan tadi? Masih ingat tiga orang? O, langsung lihat bukunya, ya kan? Ada Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus, dan Salome.

Menurut penginjil Markus, merekalah, tiga perempuan yang pagi-pagi buta datang ke makam dan menemukan makam dalam keadaan sudah kosong.  Dan selanjutnya, mereka bertemu dengan seorang muda, mungkin seorang malaikat, yang memberi kabar, menginformasikan, memberi pewartaan bahwa Yesus telah bangkit dan mendahului mereka di Galilea. Dan mereka semua ditunggu untuk bertemu dengan Yesus di Galilea.

Nah, Saudara-saudariku yang terkasih,

Dari sekian banyak kesaksian para rasul dan para murid yang mendapatkan penampakan-penampakan Tuhan selama 40 hari, kita semakin diyakinkan akan dua hal ini, yakni, bahwa Yesus sungguh-sungguh telah bangkit dari kematian. Bahwa Yesus telah bangkit dari maut, mengalahkan kuasa kegelapan.

Dan yang kedua, bahwa Yesus rela berkenan untuk sengasara, menderita dan wafat di kayu salib hanya demi ketaatan-Nya kepada Allah Bapa yang menghendaki keselamatan umat manusia dan sekaligus menjadi tanda cinta kasih Kristus kepada kita manusia. Dia melakukan itu semua karena cinta-Nya kepada kita. Itulah yang kita rasakan. Itulah yang kita alami. Itulah yang kita alami sekarang ini. Kita bersyukur atas karya penyelamatan-Nya, atas karya penebusan-Nya.

Iman akan Yesus yang sengsara, wafat dan bangkit dan kepercayaan akan karya penebusan-Nya inilah yang malam ini kita rayakan bersama-sama melalui rangkaian liturgi: upacara cahaya, liturgi sabda, liturgi pembaptisan, yang nanti akan kita lakukan dengan pembaruan janji baptis kita dan sekaligus liturgi ekaristi. Ini semua mau mengungkapkan misteri dan iman kita kepada Kristus yang telah sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita umat manusia.

Nah, Saudara-saudariku yang terkasih,

Sesuai denga tema kita “Cahaya Sejati Kristus Sumber Semangat Berbagi dan Berbuah Berkat” kiranya baik kalau kita mencoba untuk memaknai apa yang tadi kita lakukan dalam upacara cahaya. Upacara cahaya dengan menggunakan lilin Paskah ingin mengungkapkan, ingin menyatakan keyakinan kita bahwa Kristus datang ke dunia ini menderita, wafat di kayu salib untuk menebus umat manusia, untuk menghalau kegelapan dosa, untuk menghalaukan, mengalahkan kuasa kejahatan.

Kita lihat kembali. Kita ingat kembali proses yang tadi kita lalui bersama-sama. Ketika kita mulai upacara cahaya, suasana atau kondisi gereja ini, semua gelap. Gelap gulita. Bahkan mungkin kita kesulitan untuk memandang satu sama lain karena gelap. Ini semua menggambarkan kondisi dan situasi dunia yang kala itu masih dikuasai oleh kuasa kejahatan, kuasa kegelalapan atau kuasa dosa, kuasa si jahat.

Dan ketika lilin Paskah dinyalakan mulailah ada cahaya yang memancar. Dan saat itu kegelapan sedikit demi sedikit mulai sirna. Ini menggambarkan kedatangan Kristus sungguh-sungguh menghancurkan kegelapan dosa, menghancurkan kuasa kejahatan dan terjadi sedikit demi sedikit. Dan akhirnya, gereja ini yang tadinya gelap gulita, akhirnya menjadi terang benderang setelah kita semua menyalakan lilin kita yang bersumber dari api lilin Paskah. Saya mencoba mengamati bagaimana tadi proses kita berbagi cahaya satu terhadap yang lain. Menarik sekali! Menarik sekali! Dan ini semua menggambarkan bagaimana karya penebusan itu berlangsung berjalan terus menerus sampai detik sekarang ini.

Saudara-saudari yang terkasih,

Upacara cahaya yang kita lakukan tadi mau menggambarkan secara simbolis bagaimana Yesus datang ke dunia ini sebagai cahaya yang mengalahkan kegelapan, mengalahkan kuasa jahat, mengalahkan kuasa setan. Dan Yesus ingin agar kita semua ikut berpartisipasi, ikut terlibat dalam dinamika ini, yakni meneruskan karya penebusan Tuhan, karya penyelamatan Tuhan di dalam kehidupan kita secara riil, secara konkret setiap harinya. Maka, pertanyaannya adalah, bagaimana kita bisa mewujudkan cita-cita Yesus ini? Bagaimana kita bisa menanggapi panggilan Yesus ini, terlibat di dalam karya penebusan-Nya di zaman sekarang ini di mana kita berada?

Ada banyak hal yang kiranya bisa kita tunjukkan. Yang jelas, yang diharapkan dari kita semua adalah agar kita semua menjadi sumber terang, sumber cahaya bagi orang lain, dadi sumber pepadhang. Bukan sebaliknya, menjadi sumber kegelapan, sumber pepeteng. Kita semua diharapkan meneruskan karya penyelamatan Allah dengan menjadi sumber pepadhang, sumber terang cahaya bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.

Dan itu semua hanya akan terjadi antara lain ketika kita bisa menjadi sumber keceriaan, sumber kegembiraan bagi orang lain, bukan sebaliknya, sumber kegelisahan, sumber kepedihan, dan juga kemurungan bagi orang lain dan juga bagi komunitas di mana kita berada.

Coba kita lihat, pengalaman kita selama ini seperti apa? Apakah saya lebih menjadi sumber kepedihan bagi orang lain, sumber kepedihan orang lain? Ataukah sumber sukacita bagi sesama kita, bagi kehidupan bersama kita? Ini yang pertama, menjadi sumber keceriaan, sumber sukacita bagi orang lain yang ada di sekitar kita.

Dan yang kedua adalah, bagaimana kita bisa memberikan teladan kehidupan yang konkret, yang baik, yang memungkinkan orang-orang di sekitar kita itu semakin dekat dengan Tuhan dan dengan sesama. Bukan hanya dengan kata-kata, dengan omongan, namun, dengan tindak-tanduk, dengan perbuatan yang riil, yang nyata dengan contoh dalam keluarga kita, di lingkungan kita, di tempat kita bekerja, di pasar, di manapun, ketika kita bertemu dengan orang lain. Apakah kita mampu untuk menjadi panutan bagi orang lain? Itulah perjuangan yang tidak mudah untuk kita semua. Atau sebaliknya justru kita menjadi batu sandungan bagi orang lain, yang justru menghalangi orang untuk masuk ke dalam surga, menghalangi orang untuk bertemu dengan Tuhan, menghalangi orang untuk mencintai satu sama lain.

Dan yang ketiga, yang bisa kita upayakan secara konkret adalah ketika kita menjadi sumber kedamaian bagi orang lain dan kehidupan bersama. Bukan sebaliknya, menjadi sumber keonaran dan keributan. Mungkin masing-masing kita telah menemukan selama 40 hari, selama masa Prapaskah berbagai macam kekurangan yang ada di sana-sini dan kita mencoba menyesalinya, mencoba memperbaikinya.

Ini hanya contoh-contoh yang konkret bagaimana kita tampil sebagai lilin-lilin kecil yang memancarkan cahaya bagi orang lain. Singkatnya kita akan menjadi cahaya yang mampu berpijar kalau kita mampu membagikan kasih Kristus, kerahiman Kristus kepada orang lain. Kita akan menjadi pijar-pijar yang mampu memberikan cahaya orang-orang di sekitar kita kalau kita bisa mewartakan, membagikan kasih Kristus dan kerahiman Kristus bagi orang lain. Istilahnya dalam bahasa Jawa “andum katresnan lan andum kawelasan”. Tahu ya, “andum katresnan lan andum kawelasan”? Berbagai cinta dan sekaligus juga berbagi kerahiman dan belas kasih kepada orang-orang yang ada di sekitar kita, khususnya mereka yang sangat membutuhkan kehadiran dan pertolongan kita.

Maka, saya mengajak Anda semua pada malam hari ini untuk menjadi cahaya-cahaya Kristus yang mampu memancarkan sinar, yang mampu memijarkan sinar untuk orang lain, berbagi. Ingat kembali apa yang kita buat tadi secara simbolis! Ketika kita mendapatkan api dari Sang Kristus, dari lilin Paskah kemudian kita bagikan. Saya mendapatkan pertama dari lilin Paskah, cahaya. Saya bagikan kepada para misdinar, para romo dan kemudian misdinar membagikan kepada Anda semua. Dan Anda semua satu sama lain saling membagikan. Menarik sekali!

Inilah gambaran yang sangat konkret bagaimana kita berbagi kasih, andum katresnan lan andum kawelasan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Mulai dari yang terdekat sampai yang terjauh sedapat mungkin.

Saudara-saudari yang terkasih,

Semoga kita semua bisa menjadi pancaran cahaya Kristus di dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan akhirnya kita bisa menikmati karya penebusan Kristus bagi kita, bagi keluarga kita, bagi masyarakat kita. Selamat Paskah. Aleluya!

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *