Adven, Natal, dan Spirit Ekumenisme 

Setiap Bulan Desember bahkan terkadang sejak November, Umat Kristiani apa pun denominasinya disibukkan dengan suasana Natal. Suasana Natal dalam tradisi dan ajaran suci Gereja Katolik Roma diawali dengan yang disebut Masa Adven. Masa Adven adalah masa persiapan menyambut Natal.

Kata adven berasal dari kata “Adventus” yang berarti “kedatangan”. Masa Adven dimaksudkan untuk mempersiapkan diri menyambut perayaan Natal yang dilaksanakan selama empat minggu sebelum tanggal 25 Desember. Persiapan dilakukan dalam bentuk refleksi, doa, dan pertobatan yang ditandai penerimaan Sakramen Tobat demi pemurnian dan penyucian diri agar layak merayakan Natal, kelahiran Yesus, 25 Desember. Kecuali itu, refleksi Adven juga dihubungkan dengan kedatangan Kristus pada akhir zaman. Itulah sebabnya pertobatan berkelanjutan bukan hanya dalam konteks dekat perayaan Natal melainkan dalam konteks eskatologi akhir zaman. Itu berarti adven juga terkait dengan hidup mati kita demi menyambut Kristus.

Justru karena itulah, maka perayaan Natal dalam tradisi dan ajaran suci Gereja Katolik Roma tidak bisa dilaksanakan sebelum tanggal 25 Desember. Bahkan Perayaan Natal tanggal 24 Desember sore dan atau malam pun disebut Vigili Malam Natal meski banyak umat terjebak dalam salah kaprah pemahaman hingga sesudah umat merayakan Misa Malam Natal merasa tidak perlu lagi mengikuti Misa Natal di tanggal 25 Desembernya. Padahal bahkan dalam rumus liturgis, Perayaan Natal 25 Desember ditawarkan ada Natal Fajar, Natal Pagi, dan Natal Siang. Tidak pernah ada Misa Natal sore harinya.

Nah, dalam konteks ekumenis yakni relasi dengan umat Kristen Protestan apa pun denominasinya kerap kali terjadi “friksi” atau “benturan”. Mayoritas umat Protestan sudah merayakan Natal sebelum tanggal 25 Desember. Sementara umat Kristen Katolik belum merayakannya karena masih berada dalam suasana adven. Di sinilah “benturan” terjadi terutama ketika lembaga-lembaga pemerintah atau swasta sudah mengadakan perayaan Natal sebelum tanggal 25 Desember. Bagaimana umat Kristen Katolik harus bersikap dalam situasi ini?

Rasa-perasaan iman (sensus fidei) dan rasa-perasaan liturgis (sensus liturgicus) bagi umat Kristen Katolik saat mengikuti Perayaan Natal sebelum tanggal 25 Desember pasti tidak nyaman. Pergumulannya, bagaimana mungkin kami merayakan Natal sementara kami masih berada dalam suasana Adven? Dalam konteks maka, bila umat Kristen Katolik tidak mengikuti atau menghadiri perayaan Natal sebelum tanggal 24 Desember haruslah dipahami dan dimaklumi. Saya menganjurkan kepada umat Kristen Katolik untuk menjelaskan latar belakang sebagaimana saya jelaskan terkait dengan perayaan Natal dalam Gereja Katolik Roma. Bila masih dimungkinkan carilah kesepakatan yang baik dalam sikap saling menghargai sikap iman agar pelaksanaan perayaan Natal tidak dilakukan sebelum tanggal 24 Desember.

Lalu bagaimana bila perayaan Natal lembaga pemerintah dan swasta tetap dilaksanakan sebelum tanggal 24 Desember? Sikap tegasnya, tidak ikut serta dalam perayaan tersebut. Sikap kompromistisnya, tetap hadir namun tentu dengan rasa tidak nyaman, namun menjadi pengorbanan demi persaudaraan ekumenis. Harapannya, mereka yang dari denominasi lain juga mau rendah hati dan berkorban untuk berubah di masa selanjutnya dengan tidak memaksakan perayaan Natal sebelum tanggal 24 Desember bila mengharapkan kehadiran pihak Kristen Katolik.

Bagaimana sikap saya pribadi sebagai imam dari Gereja Kristen Katolik Roma? Terutama saat diminta memberikan renungan/hikmah Natal sebelum tanggal 24 Desember? Pertama, saya tegas menolaknya. Kedua, bila karena satu dan lain hal terpaksa menerimanya, dalam renungan akan saya sampaikan bahwa kami pihak Kristen Katolik masih berada dalam masa Adven dan belum merayakan Natal. Kesempatan itu menjadi kesempatan memberikan katekese tentang Natal. Renungan mengarah pada persiapan menyambut Natal. Saya memastikan bahwa kehadiran itu berlandaskan spirit ekumenis, namun tetap tegas bahwa di masa mendatang setelah katekese diberikan tetap merancang perayaan Natal di masa Adven, jangan lagi mengundang saya, sebab pasti saya menolaknya.

Selamat mempersiapkan diri menyambut Natal. Salam Peradaban Kasih Ekologis. Berkah Dalem. Salam INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan!

Aloys Budi Purnomo Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *