Berjalan Bersama Maria Melalui Doa Rosario

Oleh BAPAK JULIUS KARDINAL DARMAATMADJA, SJ

 

Pembuka

Istilah “berjalan bersama” di sini bukan istilah biasa, seperti umpama: “Saya berjalan ke pasar bersama ibu”  melainkan istilah teknis yang dipakai, sebagai sifat Gereja yang hakiki, yaitu Gereja yang bersifat sinodal. Sinode berasal dari bahasa Yunani “sun” dan “hodos”, yang berarti bersama dan jalan. Berjalan bersama. Sejak Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI telah menyadari sifat Gereja yang demikian, sehingga beliau mendirikan  sekretariat baru dalam Gereja, yaitu Sekretariat Sinode bagi Uskup-uskup. Ada sinode umum. Ada sinode menurut kawasan, seperti Eropa, Amerika atau Asia. Sejak itu terjadilah bermacam sinode diselenggarakan.

Pada zaman Paus Yohanes Paulus II, kami uskup-uskup Indonesia mengalami Sinode Uskup-uskup Asia yang diselenggarakan di Vatikan mulai tanggal 19 April 1998 sampai 14 Mei 1998. Berjalan bersama di sini berarti Uskup se-Asia saling mendengarkan apa yang terjadi dalam Gereja masing-masing. Saling peduli, saling membicarakan tantangan dan peluang dari masing-masing daerah, dan saling belajar. Demikian seterusnya, sinode terjadi hingga zaman Paus Fransiskus. Paus Fransiskus makin bersemangat mempromosikan cara menggereja yang sinodal ini, sehingga ia mengadakan Sinode Uskup-uskup tentang sinodalitas Gereja itu sendiri. Dalam pengumuman bulan Maret 2021, disampaikan temanya: yaitu Ciri Gereja Sinodal adalah Persekutuan (communio), Partisipasi dan Misi. Jadi, kita sudah memiliki istilah teknis: Gereja yang “berjalan bersama” dan “mendengarkan” umat Allah atau sinodal, itu mempunyai ciri “persekutuan” (communio), “partisipasi” dan “misi”. Sinode tentang  sinodalitas ini dimulai di Vatikan 10 Oktober 2021 untuk beberapa tahun. Setelah lowong tahun 2022, dimulai lagi tahun 2023 dan 2024 sebagai puncaknya. Kita sekarang mulai kerap berjumpa dengan istilah-istilah tersebut.

Allah Bersinode?

Allah yang Tritunggal pernah bersinode? Bapa, Putera dan Roh Kudus sudah merupakan persekutuan dalam kasih. Mereka saling berdialog, berpartisipasi dalam misinya untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.  Keputusan-Nya, Bapa mengutus Putra dengan bantuan Roh Kudus untuk menjelma menjadi Manusia, menjadi Anak Maria. Pelaksanaannya pun ada dialog dengan Bunda Maria. Sehingga Maria pun berpartisipasi dalam keputusan Bapa.

Berjalan Bersama Yesus Dan Roh Kudus

Dalam rangka penyelamatan dan penebusan serta mendirikan Gereja-Nya, Yesus berkenan berjalan bersama. Pertama dengan keluarga-Nya, yaitu dengan Yusuf dan Maria. Kemudian dengan para rasul pilihan-Nya dan murid yang mengikuti-Nya. Dalam perjalanan bersama itu ada saling peduli, ada kasih yang menyatukan. Yang penting ajaran Yesus menghidupkan mereka secara baru. Masyarakat di mana Yesus mengajar, juga mendapat perhatian-Nya. Segala macam penyakit disembuhkan termasuk yang kerasukan setan.

Ketika Yesus ditangkap, sengsara dan wafat di salib, Ibu Maria berpartisipasi penuh. Mulai mengikuti jalan salib sampai di Golgota di bawah salib. Yohanes akhirnya juga ada di bawah salib bersama beberapa wanita mendampingi Bunda Maria. Yesus wafat untuk kita manusia yang berdosa, lalu bangkit untuk memberikan hidup baru. Supaya karya penyelamatan-Nya tetap hadir di dunia, Yesus sebelum sengsara telah membuat Perjamuan, di mana sakramen imamat diadakan dan sakramen Ekaristi diteguhkan,  sehingga setelah kebangkitan-Nya, Ia tetap hadir di dalam Gereja-Nya. Ia juga mengutus Roh Kudus menaungi para rasul pada hari Pentakosta dan mendirikan Gereja-Nya. Yesus pun yang bangkit, sebelum naik ke surga juga meneguhkan bahwa Dia akan menyertai Gereja-Nya sepanjang zaman. Maka syukurlah bahwa perjalanan bersama umat Katolik dalam persekutuan Gereja di dunia ini berarti juga berjalan bersama dengan Tuhan Yesus dan Roh Kudus. Tuhan Yesus dan Roh Kudus ikut serta berjalan bersama Umat,  mendampingi peziarahan kita di dunia. Tuhan Yesus dan Roh Kudus inilah justru andalan dan kekuatan kita, yang berkarya diam-diam tetapi nyata dalam Gereja. Penyertaan Yesus dan Roh Kudus inilah yang menjadi jaminan bahwa perjalanan bersama umat-Nya akan sukses mencapai tujuan, yaitu mulia bersama Allah Bapa dalam Kristus, oleh Roh Kudus. Paulus menggambarkan penyertaan Yesus dan Roh-Nya, sampai memengaruhi perilaku dan perbuatan kita supaya sesuai dengan ketetapan Allah. Kepada umat di Filipi, Paulus menulis: “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, …” (Fil 2:12-15). Luar biasa! Kalau perjalanan bersama kita tidak bercela, meski keadaan sekitar banyak dosa itu karena Allah berkenan memengaruhi kemauan dan perbuatan kita. Sebelumnya karya Allah disebut sebagai yang memulai, tetapi juga yang menyelesaikan. “Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini. Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” (Fil 1:5-6). Maka sekali lagi perlu ditegaskan bahwa perjalanan bersama hidup kita dalam persekutuan Gereja ini pasti berhasil, asal kita terbuka terhadap bimbingan Yesus dan Roh Kudus, karena kita berjalan bersama Tuhan Yesus dan Roh Kudus, yang berkenan juga berjalan di dunia bersama dengan Gereja-Nya, bersama dengan kita masing-masing. Karena rahmat-Nya, kita akan dapat disiplin diri dan karena kuasa Roh Kudus kita mempunyai keutamaan penguasaan diri, sehingga kita berlari mencapai mahkota surgawi, tujuan hidup kita yang sejati.

Berjalan Bersama Maria Melalui Doa Rosario

a. Membangun dan mengembangkan relasi pribadi dengan Bunda Maria.

Berjalan bersama Maria di sini berarti membangun persekutuan hidup (communio) dengan Bunda Maria lewat dialog, sharing dan saling peduli (partisipasi) untuk mendoakan suatu  kepentingan yang kita tentukan, umpama untuk perdamaian di Gaza (misi). Maka kita juga akan meningkatkan hubungan kasih pribadi dengan Bunda Maria. Kita semakin memercayakan diri kepada Bunda Maria, yang telah ditunjuk oleh Yesus sebagai ibu Gereja, ibu kita. Dan kita semakin mengikuti suka duka Bunda Maria sebagai Ibu Yesus Sang Juru Selamat.

b. Misteri keselamatan.

Kita sudah biasa merenungkan misteri-misteri karya penyelamatan Yesus. Itu sangat baik dapat dipakai sebagai bahan renungan kita. Tentu selalu kita renungkan dari sisi Bunda Maria, kalau kebetulan misteri itu mengenai Yesus  dan tidak langsung mengenai Bunda Maria. Cara kita berdoa adalah bersama-sama dengan Bunda Maria kita merenungkan misteri tersebut. Umpama:

(1). Peristiwa Gembira.

Kelima peristiwa sudah langsung mengenai atau menyangkut Bunda Maria. Yaitu (a). Maria menerima kabar gembira dari Malaikat. (b). Maria mengunjungi Elisabeth. (c). Maria melahirkan Yesus di Bethlehem. (d). Maria mempersembahkan Yesus di Kenisah. (e). Maria menemukan kembali Yesus di Kenisah.

(2). Peristiwa terang.

Semua tidak langsung mengenai Maria, melainkan mengenai Yesus yang mulai tampil. Yaitu (a). Yesus dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis. (b) Yesus mengubah air menjadi anggur di pesta perkawinan di Kana. Ia menampilkan Diri sebagai Allah. (c). Yesus mengajar, mewartakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan. Menyembuhkan semua penyakit dan  mengusir setan. (d). Yesus menampakkan kemuliaan-Nya di depan tiga murid-Nya di Gunung Tabor. (e). Yesus menetapkan Ekaristi.

Meskipun demikian pada nomor (b) Yesus mengubah air menjadi anggur itu atas usulan Bunda Maria. Maka juga dapat didoakan seperti biasanya, berfokus pada Bunda Maria.

(3). Peristiwa sedih

Di sini semua berfokus pada Yesus yang mulai menderita sampai wafat-Nya di salib. Yaitu (a). Yesus berdoa di Taman Getsemani dan ditangkap. (b). Yesus disesah. (c) Yesus dimahkotai duri. (d). Yesus memanggul salib menuju Golgota. (e). Yesus disalib dan wafat.

Meskipun demikian kita tahu bahwa Bunda Maria mengikuti jalan salib Yesus, bahkan berdiri di bawah salib Yesus sampai wafat-Nya. Maria menerima jenazah Yesus dipangkuannya sebelum dibawa ke makam. Maka dari itu pada waktu merenungkan Yesus memanggul salib (d) dan Yesus tergantung di salib sampai wafat-Nya (e), kita juga dapat memberi fokus pada Bunda Maria. Berarti sebagian mengajak Bunda Maria bersama kita merenungkan peristiwa Putranya, kemudian kita merenungkan tentang Bunda Maria.

(4). Peristiwa mulia.

Di sini ada yang bukan peristiwa yang menyangkut Bunda Maria. Yaitu peristiwa pertama (a). Kebangkitan Yesus, (b) Yesus naik ke Surga, (c). Roh Kudus turun atas para Rasul. Meskipun demikian, pada peristiwa kebangkitan Yesus (a), Gereja mengimani bahwa Bunda Maria juga dijumpai Yesus yang bangkit. Betapa bahagia Bunda Maria, dan pencerahan baru terungkap rahasia siapa sebenarnya Yesus Putera-Nya itu. Demikian  pula peristiwa Roh Kudus menaungi para rasul, di sana pun sebenarnya Bunda Maria berdoa bersama dengan para rasul. Sehingga kita dapat memfokuskan renungan kita mengenai Bunda Maria.

Kita dapat memberikan dukungan dan apresiasi, acungan jempol, bersyukur atau berterima kasih dan lain-lain. Maka kita perlu memberi waktu untuk itu dengan berdiam diri sejenak. Dengan cara ini kita tidak lagi mendaraskan Rosario dengan cepat, dan menghadap Bunda Maria seperti patung yang hanya mendengarkan doa kita. Kita juga dengan diam sejenak sehabis persepuluhan memberi waktu untuk mendengarkan sabda Bunda, atau merasakan hiburannya.

Sedangkan dua peristiwa yang terakhir justru khusus mengenai Bunda Maria, yaitu (d). Bunda Maria diangkat ke surga, dan (e). Bunda Maria di mahkotai di surga sebagai Ratu. Di sini jelas kita langsung menghadap Bunda Maria, yang kita kagumi dan kita syukuri.

 Penutup

Sungguh indah dan pantas disyukuri kalau kita dapat menghayati hidup kristiani kita dalam Gereja, sebagai Gereja yang sinodal, yang berjalan bersama. Karena kita:

Satu, berjalan bersama dengan Allah Tritunggal.

Dialah Pencipta kita, Penyelenggara hidup kita serta bumi rumah kita bersama dan alam semesta. Setelah peziarahan kita di dunia selesai, Bapa menginginkan kita bersama semua yang ada di bumi maupun di surga, hidup mulia bersama Bapa dalam Putra-Nya, Yesus Kristus, oleh Roh Kudus. St. Paulus telah menangkap hal itu dan menulis: “… Ia (Allah Bapa) telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus, sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.” (Ef 1:9-10).

Dua, berjalan bersama Allah Putra yang menjelma menjadi manusia Yesus dan Roh Kudus, yang setelah menebus dosa kita dengan wafat dan kebangkitan-Nya tetap menemani peziarahan hidup kita di dunia, lewat Gereja-Nya.

Dalam Gereja ada sakramen-sakramen. Lewat sakramen-sakramen inilah kita dijumpakan dengan Yesus dan Roh Kudus yang ikut pada peziarahan hidup kita di dunia. Lewat sakramen baptis, kita mendapat hidup baru yang ilahi, yaitu hidup Yesus, sehingga kita diangkat menjadi anak Allah dalam Kristus oleh Roh Kudus. Dengan Sakramen Krisma, kita diteguhkan oleh karunia-karunia Roh Kudus, dimampukan hidup sebagai layaknya murid Yesus, hidup sebagai layaknya anak Allah. Kita dipulihkan dalam hidup berahmat, ketika kita menerima sakramen Pengampunan Dosa. Dengan Sakramen Ekaristi, Yesus berkenan menjadi santapan rohani, menguatkan iman dan pelaksanaan hidup sehari-hari. Bagi yang membangun keluarga, Yesus pun berkenan meneguhkan iman dan kasih suami isteri. Bagi yang sakit dan akan meninggal dunia, Yesus berkenan hadir dan memberkati secara khusus lewat Sakramen Minyak Suci, sehingga mereka ditemani menghadap Allah Bapa-Nya. Dengan kehadiran Yesus yang mulia dan Roh Kudus dalam sakramen-sakramen tersebut, kita dapat merasa pasti bahwa akhirnya kita kembali kepada Bapa dengan mulia di surga. Memang itu merupakan harapan yang masih kita perjuangkan, tetapi harapan itu adalah pasti. Spes non confundit. Paus Fransiskus menekankan hal ini  dalam Pesan “Urbi Et Orbi” 2025 di Lapangan St. Petrus tanggal 20 April.

Tiga, berjalan bersama Maria.

Meskipun perjalanan kita bersama dalam Gereja dengan Allah Bapa (no. 1), dengan Yesus dan Roh kudus (no. 2) telah menjamin akan mulia bersama Bapa di surga, kita masih punya Bunda Maria sebagai ibu Gereja dan ibu kita. Hal ini didukung oleh Yesus sendiri ketika masih tergantung di salib. (bdk Yoh 19:26-27). Perannya sebagai ibu Gereja sangat nyata. Beberapa kali Bunda Maria menampakkan diri, untuk memberi perhatian kepada putra-putri-Nya. Sehingga muncul doa kepada Maria yang menunjukkan sikap putra-putri Maria, yang sangat mempercayai-Nya. Salah satunya adalah berbunyi demikian:

“Ingatlah, ya Perawan Maria yang sangat rahim, bahwa belum pernah terdengar engkau meninggalkan orang yang mencari perlindunganmu, yang memohon pertolonganmu, yang meminta perantaraanmu. Terdorong oleh kepercayaan itu kami datang berlindung kepadamu, ya Perawan segala perawan dan Bunda. Aku datang kepadamu, aku orang berdosa meniarap di hadapanmu sambil mengeluh. Bunda Sang Sabda, janganlah kau tolak permohonanku, tetapi dengarkanlah dengan rela hati dan kabulkanlah. Amin.”

Putra-putri Maria sangat yakin bahwa Maria tak pernah diberitakan bahwa Maria tidak memperhatikan doa-doa permohonan kita atau menolak memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan bantuannya. Kehadiran Bunda Maria secara tak tampak pun sangat kuat dirasa. Kunjungan Maria dalam Gereja Putra-Nya sungguh membawa keselamatan dan berkat melimpah. Kita syukuri dan kita tanggapi dengan penuh bakti dengan mendoakan rosario, dengan doa litani atau doa-doa lainnya. Tetapi yang terpenting adalah sikap bakti kasih yang semakin kuat dan hangat. Perjalanan hidup kita di dunia dalam bimbingan Bunda Maria sangatlah kita butuhkan. Kecuali Putera Maria, Bunda Maria sendiri sebagai ibu Penebus dan Penyelamat, ingin bahwa kita semua akhirnya mulia bersama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Perjalanan hidup kita dalam Gereja yang berciri sinodal sungguh menggembirakan, menyelamatkan, mengagumkan sekaligus mengharukan.

 

 

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *