
Minggu Biasa XIX (HR Maria Diangkat ke Surga)
Minggu, 10 Agustus 2025
Bacaan I : Why. 11:19a; 12:1,3-6a,10ab
Bacaan II : 1Kor. 15:20-26
Bacaan Injil : Luk. 1:39-56
Peranan Bunda Maria Sungguh Istimewa
Pada Hari Minggu ini Gereja merayakan Hari Santa Perawan Maria diangkat ke surga (Maria Asssumpta). Tanggal perayaannya sebenarnya jatuh pada tanggal 15 Agustus (perayaannya dijatuhkan hari Minggu terdekat agar makin banyak umat yang bisa merayakannya di gereja, lebih alasan pastoral dari KWI). Ajaran iman Gereja “Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga” ini ditetapkan oleh Paus Pius XII pada tanggal 1 November 1950.
Gereja meyakini bahwa sebagai Bunda Allah, Maria terbebas dari dosa asal sejak dalam kandungan. Selama hidupnya, dia menjaga kekudusan, ketulusan, dan komitmen atau kesetiaannya untuk rencana penyelamatan Allah bagi umat manusia. Maka wajar kalau pada akhirnya Allah menganugerahkan mahkota kemuliaan tertinggi dengan mengangkatnya ke surga (lih. Konstitusi Apostolik Munificentissimus Deus par. 44). Ditegaskan Paus Pius XII, “Bunda Maria, setelah menyelesaikan perjalanan hidup duniawinya, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surga”.
Dalam sejarah Gereja, Bunda Maria mempunyai peranan dan mendapat tempat yang istimewa dalam hidup beriman orang Katolik. Ada banyak gelar Bunda Maria dan perayaan liturgi terkait dengan Bunda Maria. Saya mencatat ada 32 perayaan liturgi tentang Bunda Maria (ada 4 Hari Raya: HR Maria Bunda Allah/Mater Dei tanggal 1 Januari, HR Maria menerima Kabar Sukacita tanggal 25 Maret, HR Maria Assumpta/Diangkat ke surga tanggal 15 Agustus, dan HR Maria Immaculata /Dikandung tanpa noda dosa tanggal 8 Desember; ada 2 Pesta: Maria mengunjungi Elisabet tanggal 31 Mei dan Kelahiran Bunda Maria tanggal 8 September; dan Peringatan Wajib dan Peringatan Fakultatif).
Bunda Maria dikenal sebagai seorang wanita yang hebat, seorang ibu yang luar biasa, dan seorang janda yang tangguh. Ketika Yusuf meninggal dunia, Bunda Maria harus mendidik dan membesarkan Yesus dengan penuh kasih dan menemani Putranya sampai di kayu salib di puncak Golgota. Bahkan Bunda Maria memangku jenazah Putra terkasihnya (patung pieta). Tidak diketahui kapan Yusuf meninggal. Para ahli menduga Yusuf sudah meninggal sebelum peristiwa perjamuan nikah di Kana, di mana Yesus membuat mukjizat pertama kali, mengubah air menjadi anggur.
Bahkan Kitab Suci Al-Qur’an memuji sosok Bunda Maria. Dalam Al-Qur’an, kisah tentang Maria atau yang dikenal dengan Siti Maryam ditulis dalam surat yang jumlahnya 200 ayat. Secara khusus, kisah mengenai mukjizat Siti Maryam dan Isa ada di Surat Al Imran ayat 33-63. Siti Maryam (Bunda Maria) digambarkan sebagai wanita suci pilihan Allah, taqwa, terpuji dan dijunjung tinggi. Hanya nama Maryam yang disebut-sebut dalam Al-Qur’an, sementara wanita saleh lainnya disebut julukannya (istri Ibrahim, istri Nuh, dsb).
Bacaan-bacaan yang kita renungkan hari ini berasal dari Kitab Wahyu (11:19a; 12:1-10b), 1Korintus (15:20-26), dan Lukas (1:39-56), secara bersama-sama memberikan kita gambaran yang mendalam tentang peranan Bunda Maria dalam sejarah keselamatan dan harapan kita sebagai umat beriman. Selain itu juga menampilkan Bunda Maria sebagai teladan dalam hal iman, kerendahan hati, dan sukacita. Melalui kemuliaan Bunda Maria, kita diundang untuk merenungkan dan sekaligus meneguhkan harapan kita akan keselamatan dan kehidupan kekal yang dijanjikan oleh Kristus Yesus. Bunda Maria mengajarkan kita bahwa perjalanan iman kita mengandaikan ketaatan dan kepercayaan total kepada Tuhan, sekalipun banyak tantangan dan penderitaan.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana relasi Anda dengan Bunda Maria selama ini? Pengalaman apa yang menguatkan hidup Anda sebagai buah dari doa dan devosi pada Bunda Maria?#
Yohanes Gunawan, Pr
Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya,
Jangli – Semarang