Hidupi Semangat Deklarasi Istiqlal, Pemuda Lintas Agama Di Makassar Gelar Siaturahmi dan Dialog

Semangat Deklarasi Istiqlal kembali digaungkan dalam Silaturahmi dan Dialog Lintas Agama yang digelar di Aula Keuskupan Agung Makassar, Kamis (31/7/2025). Acara itu mengusung tema “Mendalami dan Membangun Kerja Sama Lintas Agama Berdasarkan Deklarasi Istiqlal 2024”. Pertemuan itu untuk menindaklanjuti Deklarasi Istiqlal yang menyoroti 2 krisis yaitu dehumanisasi dan perubahan iklim. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar, 5 September 2024 lalu saat Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Ketua Komisi Kerawam Keuskupan Agung Makassar, RD Albert Arina, menegaskan, kerukunan antarumat beragama merupakan fondasi utama bangsa yang kuat dan damai. Ia menegaskan, pemuda harus tampil sebagai pelopor persatuan dan agen perubahan. “Pemuda tidak boleh lagi dipandang sebagai sumber masalah, tetapi sebagai penggerak utama pembangunan bangsa. Mereka harus bersatu dalam keberagaman, saling menjaga dan menghormati perbedaan keyakinan. Itulah kekuatan sejati bangsa ini,” tegasnya.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Selatan, Ali Yafid, melihat bahaya laten dehumanisasi, terutama saat digunakan sebagai senjata dalam konflik politik berbasis agama dan ras. “Dehumanisasi adalah awal dari perpecahan. Maka dari itu, para pemuka agama wajib menyuarakan pesan kemanusiaan dalam setiap khotbah, ibadah, dan pertemuan lintas iman,” kata Ali.

Senada dengan itu, Uskup Agung Makassar, Mgr. Fransiskus Nipa, menekankan bahwa Deklarasi Istiqlal merupakan bentuk nyata persatuan lintas iman dalam menjaga keberlangsungan hidup semua makhluk ciptaan Tuhan. “Eksploitasi alam yang berlebihan akan membawa pada kehancuran ekosistem dan menimbulkan konflik sosial,” tegas Mgr Nipa. Menurutnya, sebagai umat beriman, kita dipanggil untuk melestarikan ciptaan Tuhan, bukan merusaknya.

Ia juga menyampaikan, dialog lintas agama yang berlangsung menunjukkan pergeseran paradigma: dari kekerasan menuju keadilan, dari eksklusivisme menuju solidaritas. “Kita harus memperjuangkan keadilan. Pertama, bagi sesama manusia, dan kedua, bagi lingkungan hidup. Kita harus adil terhadap seluruh ciptaan,” ujar Mgr. Fransiskus.

Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Dr. Aloysius Budi Purnomo, Pr., M.Hum., mengapresiasi keterlibatan aktif para pemuda dalam acara tersebut. “Saya bangga dan terharu atas inisiatif anak-anak muda di Makassar yang menghidupi semangat Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Romo Budi.

Sementara itu, Ketua Pemuda Katolik Komda Sulawesi Selatan, Erika Tansil, SH., menekankan pentingnya kolaborasi lintas iman. “Pemuda adalah ujung tombak bangsa. Kita tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Kolaborasi adalah kunci untuk membangun masa depan yang lebih baik,”  tegas Erika.

Forum tersebut dihadiri perwakilan dari DPW Pemuda Muhammadiyah Sulsel, DPW Gerakan Pemuda Ansor Sulsel, DPD GAMKI Sulsel, PERADAH Indonesia Sulsel, PATAKIN Sulsel, GEMABUDHI Sulsel, KNPI DPD Sulsel, Jaringan Ahmadiyah Indonesia, PELITA Sulsel, GUSDURian Sulsel, ISKA Sulsel, FMKI KAMS, WKRI Sulsel, Vox Point Indonesia, PMKRI Makassar, Pemuda Katolik Sulsel, Komisi Kepemudaan KAMS, dan Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia.

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *