
Uskup Timika, Mgr Bernard Bofidwos Baru, OSA dalam ekaristi penerimaan Sakramen Krisma yang bertepatan dengan Hari Raya Pentakosta di Gereja Katedral Tiga Raja, Timika, Minggu, 8 Juni 2025 berpesan, orang Kristen mesti meninggalkan jejak-jejak sejarah iman Gereja, jejak ajaran-ajaran Kristus yang ditinggalkan dan diwariskan pada generasi ke generasi.
Berikut ini adalah homili lengkapnya.
Selamat pagi, Bapak-Ibu, Saudara-saudari! Selamat pagi, Pastor Paroki dan Pastor Rekan! Khususnya untuk para calon Krisma, selamat pagi! Sudah siap ya? Sudah siap jadi orang pemberani ya untuk bersaksi?
Kata Pentakosta dari bahasa Yunani pentekoste, hemera, artinya hari ke-50, yang juga disebut sebagai Minggu putih, adalah hari raya Kristiani yang memperingati peristiwa pencurahan Roh Kudus kepada para rasul di Yerusalem, yang terjadi 49 hari setelah hari ke-50 pada masa Paskah.
Pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan sesuai dengan yang dijanjikan Yesus sesudah kenaikan-Nya ke surga. Pentakosta adalah momen sejarah lahirnya Gereja, yaitu kumpulan atau paguyuban orang-orang percaya kepada Yesus yang telah bangkit dari kubur, yang memberikan para murid, yang memberikan kesaksian tentang Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat.
Pentakosta adalah momen sejarah berdirinya Gereja sebagai tubuh mistik Yesus Kristus. Aktor utama adalah Roh Kudus, Roh Kristus, Roh kebangkitan.
Hal ini terlihat melalui pernyataan bacaan Kisah para Rasul hari ini. Mereka bingung karena masing-masing mendengarkan rasul-rasul itu berbicara dalam bahasa mereka. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, “Bukankah semua yang berbicara itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri? Bahasa yang kita pakai di negeri asal kita. Kita orang Partia, Media, Elam, kita penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontius dan Asia, Kirikia dan Pamfilia, Mesir dan lain-lain.
Roh Kudus digambarkan atau dilukiskan sebagai lidah api. Apa artinya dan apa fungsi dari Roh Kudus bagi kita? Sebagaimana fungsi dari api dalam pengalaman kehidupan kita manusia secara antropologis sosiologis, tanpa api, manusia tidak dapat hidup, baik untuk kepentingan makan dan minum, tapi juga untuk kepentingan. Kita merasa dingin, kita butuh api untuk menghangatkan. Tapi juga api untuk menerangi kegelapan. Api membakar segala sesuatu yang masih mentah dan menjadi makanan bagi kita. Demikian jugalah peran Roh Kudus, menerangi hati dan budi kita yang gelap oleh kejahatan. Dengan Roh Kudus, memampukan kita, menghangatkan kita untuk dekat dengan Tuhan dan kita diberanikan untuk bersaksi tentang siapakah Yesus bagi kita?
Dengan Roh Kudus mampu membakar roh-roh kejahatan dalam diri kita sendiri. Roh egoisme, roh kerakusan, roh ketamakan, roh kebencian, roh dendam itu dibunuh oleh Roh Kudus, sehingga kita sungguh-sungguh dikuasai oleh Roh Kristus dan kita berani bersaksi dan mengatakan kebenaran, keadilan, perdamaian, persaudaraan, sukacita kepada satu sama yang lain.
Gereja perdana atau jemaat perdana didirikan oleh Roh Kudus sendiri, Roh Kristus, Roh Kebangkitan, bukan didirikan oleh roh manusia atau ide manusia atau keyakinan ideologi manusia dunia ini. Tetapi adalah Roh Kristus sendirilah yang mendirikan Gereja-Nya. Kristus sendirilah Pendirinya. Dialah Kepalanya. Kita adalah anggota-anggota Tubuh-Nya.
Sebagaimana para murid dan para rasul yang dipakai oleh Roh Kudus sehingga mereka berani memberikan karya, memberitakan karya penginjilan, kesaksian iman sungguh-sungguh, sehingga dapat disaksikan dan dilihat dan dialami oleh orang-orang lain, sehingga orang-orang itu percaya, memberi diri dibaptis dan menjadi anggota Gereja.
Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian yang Kristus kasihi, khususnya untuk mereka yang hari ini akan menerima Sakramen Krisma. Pasti pertanyaannya mengapa Anda mau menerima Sakramen Krisma sekarang? Pasti ada sakramen lain yang sudah didahului. Tetapi pertanyaannya mengapa Anda menjadi seorang Kristen, menjadi seorang Katolik? Pasti setiap orang punya pengalaman, menyaksikan pengalaman-pengalaman iman dari pendahulu-pendahulu yang memberi kesaksian tentang siapa itu Yesus. Oleh sebab itu Gereja atau kita orang-orang percaya ini termasuk kita saat ini, yang hari ini menerima Sakramen Krisma ini, kita juga dikuatkan oleh Roh Kudus untuk berani menjadi saksi.
Kesaksian para rasul, kesaksian para murid dan jemaat perdana memberikan landasan iman yang kokoh bagi kita. Karena itu iman kita adalah iman rasuli, iman yang berlandaskan para, iman para rasul, bukan iman kita sendiri saja. Kita punya iman sendiri tapi juga iman para rasul itu.
Bapak-Ibu dan Saudara sekalian, situasi kita saat ini khususnya kita di Indonesia di Papua ini sangat membutuhkan peran Roh Kudus. Peran Roh Kudus atau Roh Kristus itu menjadi sangat dibutuhkan untuk berdaya guna. Jikalau kita para pengikut Kristus atau orang-orang percaya ini tidak mengandalkan Roh Kudus dalam hidup dan karya kita, maka pelayanan kita itu tidak bedanya dengan manusia pada umumnya yang melayani orang lain dengan mengikuti roh dunia ini, bukan Roh Kristus.
Kita mesti meniru bagaimana para rasul dan para murid yang dapat mengandalkan Roh Kudus dalam hidup dan karya penginjilan mereka, pewartaan mereka bahkan sampai kepada pemberian diri mereka total.
Banyak hampir 12 rasul ini,10 orang dan para murid dan pengikut atau jemaat perdana pada umumnya adalah martir karena mereka berani mengorbankan seluruh hidupnya demi kesaksian iman akan Kristus yang telah hidup dan jaya.
Kita mesti mampu membunuh roh-roh kedagingan kita, roh-roh dunia ini, karena kita mengandalkan Roh Kristus, sebagaimana para rasul, mereka juga mampu melampaui roh-roh dunia ini, roh kedagingan mereka sendiri dan mampu hidup menurut Roh Kristus yang hidup dalam diri mereka dan mereka berani berkorban setotal-totalnya demi Gereja, demi Kristus hingga kita boleh seperti sekarang ini.
Persoalan besar yang kita saat ini hadapi adalah kita lebih cenderung mengandalkan roh kedagingan kita sendiri, roh dunia ini. Apalagi dengan situasi dunia dengan tawaran roh-rohnya. Roh materialisme, hedonisme, konsumerisme, roh individualisme, ateisme, kesombongan, keangkuhan, superbia. Inilah roh-roh kedagingan, roh dunia sebagaimana Paulus dalam suratnya kepada umat di
Roma, “Kita takut kehilangan roh-roh dunia ini.” Kita sebenarnya bukan takut karena kematian secara fisik. Kematian kita mau hari ini, besok sama saja. Tetapi kematian yang berkualitas, kematian yang memberi legasi iman kepada Gereja, kepada generasi, kepada keluarga itulah yang dibutuhkan. Kalau tidak, kita akan mati seperti manusia lain yang mati tanpa meninggalkan jejak. Kita orang Kristen mesti meninggalkan jejak-jejak sejarah iman Gereja, jejak ajaran-ajaran Kristus yang kita tinggalkan dan kita wariskan pada generasi ke generasi. Tetapi kita di dunia ini sekarang ini lebih banyak dikuasai oleh roh-roh kesenangan, ambisi, kekuasaan, status quo, ketakutan akan kehilangan kenikmatan-kesenangan, kehilangan pujian dan seterusnya. Inilah yang membelenggu Roh Kristus di dalam diri kita.
Situasi konflik bersenjata dan kekerasan sosial yang terus berlangsung selama 60-an tahun di tanah Papua hingga hari ini adalah contoh konkret dari kita manusia di Indonesia ini, di Papua ini yang mengandalkan roh duniawi, roh kedagingan, roh ambisi, roh ketamakan dan kerakusan ideologi kapitalisme yang menggerogoti semua pemimpin dan kita semua, sehingga menciptakan konflik untuk kepentingan sesaat. Karena itu ambisi dan ketamakan dan kerakusan untuk eksploitasi sumber daya alam di Papua ini maka terciptalah konflik, konflik bersenjata, konflik sosial, kebencian, konflik di atas konflik, karena kepentingan-kepentingan dunia dan roh dunia. Kalau Roh Kristus pasti adalah damai, adalah sukacita, adalah menghormati hak-hak hidup manusia dan menghormati hak alam ciptaan Tuhan.
Bapak-Ibu dan Saudara sekalian, pihak yang berjuang untuk mempertahankan alamnya, hutannya, budayanya itulah mereka yang dikuasai oleh Roh Kudus, berani untuk terus bersuara tentang hak-hak hidupnya. Tapi pihak yang menciptakan konflik adalah roh kejahatan yang menguasainya demi kepentingan kapitalisme, kepentingan imperialisme, oligarki dan semuanya. Inilah roh dunia ini. Roh kedagingan. Oleh karena itu saya kira 2000 hektar tanah di Tanah Marind dibabat hanya untuk kepentingan oligarki dan ketamakan dan kerakusannya dan juga ini Raja Ampat yang indah mulai hancur karena ketamakan dan kerakusan oligarki dan penguasa, dengan slogan demi Proyek Strategis Nasional. Inilah roh dunia. Apakah kita mau ikut dengan roh dunia seperti ini, menghancurkan alam, menghancurkan sesama? Ataukah kita mengikut Roh Kristus yang adalah Roh Pemersatu, Roh yang menghargai keutuhan, keindahan alam, Roh yang menghormati martabat manusia dan hidup manusia.
Semoga umat sekalian yang menerima Sakramen Krisma hari ini mampu dikuasai Roh Kudus. Dan kita semua, kita mampu dikuasai Roh Kristus untuk mengatakan kebenaran, untuk berjuang mengatakan kehidupan yang sejati, untuk berjuang tentang keadilan dan perdamaian, untuk berjuang untuk mempertahankan persaudaraan yang sejati, bukan semu demi kepentingan sesaat dunia ini. Kita berdoa semoga kita setiap saat, apalagi yang hari ini menerima Krisma harus berani mengatakan kebenaran Kristus adalah kebenaran sejati, daripada kebenaran dunia yang adalah palsu, sesaat saja.
Kita tidak perlu takut karena bacaan hari ini mengajak kita kalau kita mengikut Roh Kristus, kita akan disiapkan kemuliaan kekal bagi kita semua dalam kemuliaan bersama Allah di surga. Amin.