Renungan Harian 8 Juli 2025

Dalam Kej 32: 22-32 dikisahkan: “Pada suatu malam, Yakub bangun dan membawa 2 isterinya, 2 budaknya perempuan dan 11 anaknya, dan menyeberang di tempat penyeberangan sungai Yabok. Sesudah ia menyeberangkan mereka, ia menyeberangkan juga segala miliknya. Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.

Ketika bergulat orang itu melihat, bahwa ia tidak dapat mengalahkan Yakub, lalu ia memukul sendi pangkal paha Yakub, sehingga sendi pangkal paha itu terpelecok. Lalu kata orang itu: “Biarkanlah aku pergi, karena fajar telah menyingsing.” Sahut Yakub: “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” Bertanyalah orang itu kepadanya: “Siapakah namamu?” Sahutnya: “Yakub.” Lalu kata orang itu: “Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang.” Bertanyalah Yakub: “Katakanlah juga namamu.” Sahutnya: “Mengapa engkau menanyakan namaku?” Lalu diberkatinyalah Yakub di situ. Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!”

Lalu tampaklah kepadanya matahari terbit, ketika ia telah melewati Pniel; dan Yakub pincang karena pangkal pahanya. Itulah sebabnya sampai sekarang orang Israel tidak memakan daging yang menutupi sendi pangkal paha, karena Dia telah memukul sendi pangkal paha Yakub, pada otot pangkal pahanya.

Matius dalam injilnya (Mat 9: 32-38) mewartakan: “Ketika itu, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak: “Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.” Sebaliknya, orang Farisi berkata: “Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan.”

Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Ketika melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

Maka kata Yesus kepada para murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan para pekerja untuk tuaian itu.”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, kemenangan dan berkat yang didapat Yakob, bukan diterima secara gratis, santai-santai atau sebagai warisan tetapi dia harus “bergulat dulu” sampai fajar hampir menyingsing (= untuk kurun waktu yang cukup panjang). Semoga kita pun siap dan berani menghadapi tantangan/masalah atau “musuh” yang muncul tiba-tiba bagaikan orang asing.

Dua, Yesus menyarankan dan mendorong agar kita meminta para pekerja kepada tuan yang punya tuaian. Marilah kita bertanya: apakah kita sudah minta? Berapa banyak pekerja yang diminta? Pekerja itu adalah pekerja purna waktu atau buruh harian? Dia dengan tulus bekerja atau hanya mencari upah? Tuan pemilik tuaian menghendaki pekerja yang jujur, purna waktu dan siap bekerja keras tanpa menuntut upah, karena tuannya sudah tahu apa yang mereka butuhkan. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *