
Pertemuan Pastoral (Perpas) XII Regio Nusa Tenggara (Nusra) digelar di Larantuka, 1-5 Juli 2025. Dalam Misa Pembukaan di Gereja Katedral Reinha Rosari, Larantuka, Selasa, 1 Juli 2025, Uskup Larantuka, Mgr Fransiskus Kopong Kung menyampaikan pentingnya melindungi para perantau atau migran.
Berikut ini adalah homili lengkapnya.
Tema perayaan ekaristi pembukaan Pertemuan Pastoral XII Nusra ini adalah “Gereja Berwajah Perantau dalam Ziarah Pengharapan”, juga menjadi tema percakapan selama hari-hari pertemuan pastoral ini.
Saudara-saudari terkasih, kita berada dalam satu perahu ziarah pengharapan seperti para murid Yesus yang berada di dalam perahu, berlayar di atas danau yang sedang bergelombang, yang dihantam angin badai.
Rasanya kita pun hampir seperti itu. Mereka takut, gelisah, dan cemas. Dan mereka datang kepada Yesus, membangunkan Dia dan berkata, “Tuhan, tolonglah kita binasa!”
Di tengah badai angin kencang dan gelombang dahsyat, harapan mereka satu-satunya adalah pada Yesus yang berada bersama mereka di dalam perahu itu.
Sandaran dan andalan yang utama adalah pada Yesus yang sedang berbaring di buritan.
Yesus bangun menegur mereka dengan berkata, “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Ia pun menghardik angin danau itu. Dan danau itu menjadi teduh sekali.
Sebagai Gereja berwajah perantau, kita berada dalam perahu yang satu dan sama.
Kita berlayar dengan satu tujuan, dalam satu pengharapan. Tujuan kita adalah tiba di seberang dengan selamat. Harapan kita adalah semoga perjalanan ini aman, lancar, tanpa hambatan. Semoga tidak ada angin badai dan gelombang besar yang menerjang dan menghantam perahu yang membawa kita ke pelabuhan tujuan kita.
Harapan seperti itu pasti ada juga dalam diri dan hati para perantau kita dari wilayah kita di NTT yang setiap waktu, setiap saat pergi ke tanah perantauan dengan harapan perjalanan itu lancar. Perjalanan mereka akan mencapai apa yang mereka cita-citakan dan harapkan.
Namun saudara-saudari terkasih, pengalaman menunjukkan bahwa perjalanan ziarah, baik ziarah mereka dan ziarah kita semua pasti ada banyak tantangan. Ada angin badai dan gelombang yang menerjang.
Di tengah situasi, keadaan dan pengalaman yang demikian, ada beberapa pertanyaan penting. Apakah Yesus ada di dalam perahu kita? Kalau Yesus ada, apakah Dia tertidur atau kita yang tertidur? Atau kita yang kurang sadar bahwa Yesus ada di dalam perahu kita? Terkadang kita bingung, kita cemas, kita gelisah dalam menghadapi berbagai persoalan yang juga menimpa para perantau kita.
Kita berjuang, kita berusaha bahkan nanti dalam hari-hari percakapan ini kita akan mencari solusi-solusi praktis pastoral. Tentu saja kita yakin dalam mencari upaya-upaya pastoral itu, kita tetap sadar bahwa dalam situasi apapun, berat apapun, kesulitan apapun, Yesus ada.
Yesus ada di dalam ziarah hidup Gereja di Nusa Tenggara. Yesus ada di dalam segala perjuangan dan usaha para perantau kita. Dan apakah di tengah kesulitan dan tantangan seperti itu, kita datang kepada Yesus dengan doa dan dengan seruan “Tuhan, tolonglah kita binasa!”?
Tuhan Yesus pasti mendengarkan kita. Ketika kita berdoa dengan iman, Tuhan Yesus pasti menjawab doa-doa kita bila kita berdoa dalam kerendahan hati, kita berdoa dalam ketulusan dan kepolosan kita. Yesus pasti menjawab kita ketika kita menaruh harapan kepada Dia dan menyerahkan semua situasi dan persoalan ini kepada bimbingan-Nya.
Kita bisa berdoa seperti Abraham untuk menyelamatkan saudaranya, Lot bersama keluarganya, untuk boleh keluar dari bencana yang menimpa Sodom dan Gomora.
Kita akan berbicara tentang perantauan, sebuah isu dan topik yang penting yang sudah sering kita percakapkan. Kita akan mencari solusi praksis pastoral, tindakan-tindakan konkret apa yang dapat kita lakukan untuk menolong saudara-saudari kita, yang pergi merantau mulai dari tempat asalnya, di daerah-daerah transit dan juga di tempat tujuan.
Apa yang Gereja Nusra bisa buat dalam kerja sama dengan pelbagai pihak agar perantauan itu boleh menjadi berkat bagi saudara-saudari kita yang berjalan, yang berziarah dalam pengharapan mereka dan pengharapan kita.
Marilah kita berdoa, semoga Roh Kudus membimbing, menerangi hati dan akal budi kita, membimbing, mendampingi para gembala, bapak-bapak uskup kita di Gereja Nusa Tenggara ini bersama para peserta sekalian dalam perjumpaan pertemuan pastoral ini.
Semoga Roh Kudus membimbing kita untuk boleh melihat apa yang Tuhan kehendaki dan apa yang boleh kita lakukan untuk membantu sesama kita dalam perjalanan hidup di dunia ini secara khusus para perantau kita.
Tuhan tidak akan pernah tidur. Hati-Nya selalu terbuka. Mata-Nya selalu memandang dan melihat kita. Telinga-Nya mendengarkan jeritan-jeritan banyak orang yang disampaikan kepada siapa saja yang menaruh peduli kepada situasi para perantau kita.
Bunda Maria, Bunda Gereja, secara khusus Tuan Ma Larantuka mendoakan kita sekalian. Amin.