Renungan Harian 4 Mei 2025

Minggu Paskah III

Minggu, 4 Mei 2025

Bacaan I          : Kis 5:27b-32.40b-41

Bacaan II        : Why 5:11-14

Bacaan Injil     : Yoh 21:1-19

Nostalgia di “Galilea” Hidup Kita

Saat liburan akhir tahun orang biasanya mengadakan kegiatan reuni, baik dengan teman SMP, teman SMA, teman kuliah, kelompok misdinar, atau OMK. Suasananya diwarnai sukacita. Biasanya ada acara makan-makan, entah model prasmanan, model bakar-bakaran, ataupun yang lainnya. Tempat yang dipilih pun biasanya tempat yang mengesankan atau istimewa. Misalnya, di warung tempat jajan kala itu, atau di sekolah alma maternya, atau di gereja.

Dalam bacaan Injil hari Minggu Paskah III ini Tuhan Yesus yang bangkit ‘bernostalgia’ dengan para murid-Nya di tempat yang dulu berkarya. Tempat nostalgianya adalah di Pantai Danau Tiberias. Danau ini disebut juga sebagai Danau Galilea, Danau Genesaret, Danau Kineret, atau Danau Kinerot. Di Galilea para murid dahulu menjalani rutinitas harian. Di sana mereka merasakan kasih Tuhan. Danau ini terletak di Dataran Tinggi Golan. Dikenal sebagai danau air tawar terbesar di Palestina yang luasnya 166 km2. Kedalamannya mencapai 43 m. Sumber airnya dari mata air bawah tanah dan dari Sungai Yordan. Banyak para nelayan yang mencari ikan di danau ini. Daerah sekitar danau ini subur.

Di danau itu Tuhan Yesus menyapa para murid saat sedang mencari ikan. Dikisahkan ada 7 murid yang berkumpul, yaitu Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus, dan dua orang murid-Nya yang lain. Mereka semalam-malaman tidak mendapatkan ikan. “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk pauk?” tanya Yesus. Sebuah sapaan yang sederhana tetapi empatik.

Sebenarnya Yesus sudah mengetahui bahwa mereka tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan. Namun dari bahasa sederhananya, “Apa ada yang bisa saya bantu?” Itulah respon Tuhan dalam penderitaan umat-Nya, bahwa Tuhan siap mengulurkan tangan kasih-Nya. Dia peduli dan empati. Setiap saat Tuhan siap membantu kita. Maka jangan pernah berputus asa sebab Allah mengetahui pergumulan kita. Ia adalah Allah yang peduli. Ingatlah selalu, Allah senantiasa mengulurkan tangan-Nya untuk menolong kita. Tinggal kita bagaimana merespon pertolongan Tuhan itu.

Kehidupan pada zaman ini sering sekali membutakan hati dan pikiran kita untuk melihat dan merasakan kasih Tuhan. Lebih gampang muncul protes dan mengeluh. Sering sekali bayangan kegagalan ketidakmampuan menguasai hidup, sehingga kita tidak lagi punya keberanian untuk mengambil keputusan untuk tetap hidup dengan mengandalkan Tuhan.

Pertanyaan refleksinya, bagaimana cara Tuhan menyapa Anda akhir-akhir ini? Seberapa peka Anda akan sapaan Tuhan selama ini? Di mana “Galilea” hidup Anda yang memberikan kenangan indah di masa lalu?#

Yohanes Gunawan, Pr

Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya,

Jangli – Semarang

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *