Landasan Harapan Adalah Iman

Dalam ekaristi pembukaan Tahun Yubileum, pemberkatan Porta Sancta, dan pembukaan Tahun Arah Dasar (Ardas) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) 2025, pada hari Penampakan Tuhan, 4 Januari 2025, melalui homilinya, Uskup Agung KAJ,  Bapak Ignatius Kardinal Suharyo menekankan pentingnya pengharapan meski dihadapkan dalam situasi-situasi sulit. Berikut ini adalah homili lengkapnya.

 

Para Ibu dan Bapak, para Suster, Bruder, Rekan-rekan Imam, kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih. Sejak beberapa tahun yang lalu, pada hari raya penampakan Tuhan seperti yang kita rayakan hari ini, Keuskupan Agung Jakarta melaksanakan pembukaan Arah Dasar Pastoral Keuskupan Agung Jakarta. Demikian juga pada tahun 2025 ini, kita membuka Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta dengan tema “Kepedulian lebih kepada Saudari-saudara kita yang Lemah dan Miskin”. Tahun ini pembukaan ini disatukan dengan pembukaan Tahun Yubileum, Tahun Suci dengan tema Peziarah Pengharapan.

Kita diajak untuk menggali makna tema-tema ini dengan bantuan antara lain atau khususnya kisah mengenai orang Majus dari timur. Di dalam renungan dalam persiapan muncul berbagai macam pertanyaan di dalam diri saya, siapakah Yesus yang dijumpai oleh orang-orang Majus dari timur itu? Jawaban yang saya peroleh adalah, Yesus adalah penampakan Allah. Itulah sebabnya ketika para Majus bertemu dengan Yesus, mereka bersujud dan menyembah, kata yang hanya dipakai untuk Allah.

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah Allah seperti apa yang menampakkan diri di dalam diri Yesus itu? Salah satu dari sekian banyak jawaban yang mungkin adalah ini. Allah yang selalu setia kepada janji-janjinya. Tentu ini membutuhkan penjelasan yang panjang lebar. Tetapi cukuplah kalau kita mengatakan dalam diri Yesus yang lahir dan datang di tengah-tengah kita, kita melihat wajah Allah yang selalu setia kepada janji-janji-Nya.

Saudari saudaraku yang terkasih,

Di dalam sejarah Umat Allah, khususnya Perjanjian Lama, pada suatu titik di dalam sejarah ada sebagian besar Umat Allah yang tidak lagi percaya kepada janji-janji Allah, karena apa? Karena kenyataan hidup yang mereka hadapi sama sekali berbeda dengan janji-janji Allah itu. Dan karena itulah mereka tidak percaya lagi kepada janji-janji Allah. Tetapi dari antara mereka, ada satu kelompok kecil, kelompok kecil saja, yang tetap setia, tetap percaya kepada janji-janji Allah itu. Mereka di dalam buku-buku rohani sering disebut dengan istilah Orang-orang Miskin Yahweh. Kelompok ini di dalam keadaan yang sama sekali tidak mencerminkan janji-janji Allah, mereka tetap percaya. Mereka tetap mengetahui bahwa tubuhnya sudah sangat lemah karena usianya telah kira-kira 100 tahun dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah, ia tidak bimbang.

Rasul Paulus berbicara tentang harapan ketika kenyataan hidup tidak selaras dengan janji yang dinyatakan oleh Allah. Allah menjanjikan keturunan kepada

Abraham. Allah berjanji bahwa Abraham akan menjadi Bapa segala bangsa. Padahal ia sudah tua. Istrinya, Sara, menurut pertimbangan manusia tidak mungkin lagi mempunyai anak. Berharap melawan segala pengharapan. Dengan demikian kita bisa mengambil kesimpulan bahwa landasan harapan adalah iman. Iman akan Allah yang telah menyatakan janji-janji-Nya, yang terwujud di dalam kelahiran Yesus di tengah-tengah kita.

Tempat lain, Rasul Paulus mengatakan begini, “Ia telah memulai karya yang baik akan menyempurnakannya juga.” Dengan demikian Saudari-Saudaraku yang terkasih, harapan yang sering kali disamakan begitu saja dengan optimisme berbeda. Harapan memuat optimisme. Tetapi harapan tidak sama dengan optimisme. Landasan bagi optimisme adalah hitung-hitungan manusia. Misalnya, saya optimis bahwa tahun 2025 nanti, korupsi akan hilang dari Indonesia ini. Optimis, karena macam-macam pertimbangan. Tetapi ketika kenyataannya menjadi lain, ternyata korupsinya tetap sama saja, optimismenya berubah, hilang, menjadi pesimisme.

Sementara, berharap berarti yakin bahwa karya Allah yang dinyatakan di dalam janji-janji-Nya tidak akan pernah gagal. Dan harapan ini dengan landasan iman membebaskan kita dari rasa kecil hati apalagi putus asa. Karena kalaupun kita masing-masing, kita bersama-sama tidak berhasil, Allah tetap berhasil. Harapan juga membebaskan kita dari kesombongan. Kalau kita berhasil, bukanlah kita yang berhasil, tetapi Allah yang telah memulai karya yang baik, yang sedang menyempurnakan yang baik itu.

Saudari-saudaraku yang terkasih, berharap tidak berarti diam menunggu sampai Allah sendiri bertindak. Berharap berarti sambil percaya kepada Allah yang berkarya, kita terus mencari jalan-jalan baru, terus berusaha, terus bergiat agar yang kita harapkan semakin menjadi kenyataan. Itulah yang dinasihatkan oleh Rasul Paulus kepada kita di dalam suratnya. Saya kutip, “Karena itu saudari-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu di dalam pekerjaan Tuhan, sebab kamu tahu, dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia.” Inilah harapan yang diwujudkan di dalam usaha untuk mewujudkan harapan itu.

Atas dasar nasihat inilah, sejak Tahun 2022 sampai nanti tahun 2026, kita umat Keuskupan Agung Jakarta berusaha untuk mendalami dan mencari jalan-jalan baru mewujudkan Ajaran Sosial Gereja, wujud pengharapan kita. Dan kita semua tahu sekurang-kurangnya ada lima nilai pokok dari Ajaran Sosial Gereja itu. Yang pertama adalah hormat terhadap martabat manusia. Kita dalami pada tahun 2022. Yang kedua, kalau kita sungguh-sungguh ingin menghormati martabat manusia, maka konsekuensinya adalah mewujudkan kesejahteraan bersama, agar semua warga negara Indonesia, warga Gereja tidak direndahkan martabatnya karena kemiskinan dan karena alasan-alasan yang lain. Dan supaya kita dapat mewujudkan kesejahteraan bersama, yang diperlukan adalah solidaritas. Itulah tema pastoral yang sudah kita pelajari, dalami dan coba wujudkan pada tahun 2024.

Tahun ini kita memasuki tema yang keempat. Seperti apapun solidaritas itu diusahakan, diperjuangkan tetap saja akan ada saudari-saudara kita yang kurang beruntung, saudari-saudara kita yang lemah dan miskin. Itulah yang akan kita dalami, kita pelajari dengan macam-macam cara dan kita cari jalan-jalan agar kita dapat menaburkan pengharapan terlebih kepada saudari-saudara kita yang kurang beruntung.

Dan nanti pada tahun 2026, yang akan kita dalami adalah tanggung jawab kita untuk menjaga kelestarian alam, keutuhan ciptaan.

Saudari-saudaraku yang terkasih, kita diajak untuk bergiat di dalam pekerjaan Tuhan. Khususnya untuk saudari-saudara kita yang kurang beruntung. Seperti tadi sudah saya coba sampaikan, harapan harus dipertahankan ketika kenyataan hidup tidak sama dengan yang kita cita-citakan. Misalnya, yang kita cita-citakan menurut sila kelima Pancasila adalah Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia atau cita-cita itu juga dirumuskan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 45, cita-cita kemerdekaan. Tetapi kenyataannya sering kali jauh dari cita-cita itu. Angka kemiskinan kalaupun berkurang sangat lambat. Apalagi yang namanya kesenjangan, kesenjangan sosial, kesenjangan ekonomi, kesenjangan pendidikan semakin lebar. Itulah yang dikatakan oleh Menteri Agama Bapak Nasaruddin Umar dengan istilah yang tidak enak didengar, yaitu luka kemerdekaan. Dengan melandaskan hal-hal sederhana, kita dapat menjadi penabur pengharapan ketika situasi kehidupan kita bersama sebagai warga Gereja, sebagai warga masyarakat, sebagai warga bangsa, kenyataan hidup jauh dari yang kita cita-citakan.

Di Keuskupan Agung Jakarta ada sekian banyak gerakan yang boleh kita beri judul usaha untuk menabur pengharapan. Ada sekian banyak pelayanan bagi saudari-saudara kita yang kurang beruntung dalam berbagai macam bentuknya. Entah dalam lembaga, yayasan, kegiatan pribadi atau komunitas, marilah kita yakin bahwa sekecil apapun usaha kita untuk berbuat baik, untuk bergiat di dalam pekerjaan Tuhan, kita berjalan sebagai peziarah pengharapan, dan bukan hanya peziarah pengharapan tetapi juga penabur pengharapan.

Dengan keyakinan itu marilah kita lanjutkan ibadah kita.

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *