Renungan Harian 4 Januari 2024

Melalui Ibr 12: 1-4 penulis menyapa umatnya: “Saudara-saudara, kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus. Dialah yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.

Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.

Markus dalam injilnya (Mrk 5: 21-43) mewartakan: “Sesudah Yesus menyeberang dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Ketika Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Waktu melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.”
Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak juga mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.

Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Ia berkata: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.

Pada saat itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” Para murid-Nya menjawab: “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?”

Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata Yesus kepadanya: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”

Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusahkan Guru?” Sebaliknya, Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!”
Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.

Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah masuk Ia berkata kepada mereka itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya mereka itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.

Lalu dipegang-Nya tangan anak itu sambil berkata: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, umat Ibrani diteguhkan bahwa mereka punya banyak saksi iman yang luar biasa dan telah memberikan teladan melalui hidup dan pengabdian mereka. Mereka kuat dan bertahan dalam kesusahan dan derita karena memandang/berada dalam ikatan kasih dengan Yesus. Yesus itu telah membawa mereka ke hadapan Allah Sang Sumber keselamatan. Hendaknya kita pun berani mengutamakan Yesus sebagai Penolong dan Penyelamat, bukan mencari harta, kedudukan atau popularitas.

Dua, pada saat sedang mengajar, Yesus mendapat permintaan untuk menyembuhkan anak perempuan Yairus di rumahnya. Dia pun mengabulkan permintaan itu. Anak itu bukan hanya disembuhkan tetapi juga dibangkitkan. Sementara Dia dalam perjalanan, ada permintaan kesembuhan dari perempuan yang sudah 12 tahun sakit. Perempuan ini pun disembuhkan. Yesus memberikan teladan bahwa apa yang diajarkan, Dia wujudkan. Antara pengajaran (sedang sibuk melayani) dan penyembuhan tidak ada pertentangan. Dua duanya bisa dilakukan.

Hendaknya kita pun sadar bahwa kesibukan duniawi tidak bertentangan dengan tindakan menolong sesama. Jangan hanya bicara tetapi lakukan apa yang diajarkan itu dengan setia dan gembira hati. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *