
Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Lusia (perawan dan martir).
Melalui 2Kor 10: 17 – 11: 2 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan, sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan”.
Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku, sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
Matius dalam injilnya (Mat 25: 1-13) mewartakan sabda Yesus: “Kerajaan Sorga itu seumpama 10 gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Mereka yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan mereka yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
Karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Pada tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.
Mereka yang bodoh berkata kepada mereka yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Jawab mereka yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.
Ketika mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Dia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Paulus mengajak umatnya untuk tetap berakar, berlindung dan mengucap syukur kepada Allah atas keberhasilan, pengalaman pembaharuan diri, derita atau bahkan kegagalannya. St Lusia telah mengalami hal itu dan memutuskan untuk tetap berada dalam lindungan Tuhan.
Semoga teladan Paulus dan Lusia, menggugah kita semua untuk tetap ada dalam lindungan Tuhan meski mengalami rupa-rupa kesulitan.
Dua, Yesus menggunakan perumpamaan 10 gadis yang membawa pelita dan minyak, supaya mudah dipahami dan “sikap berjaga-jaga” kapan pun (siang atau malam) dalam keadaan apa pun (sehat/sakit, menderita atau sukses) diperhatikan. Dia menghendaki semua orang menemukan dan mengalami keselamatan.
Semoga kita pun dalam menyampaikan pesan, mau menggunakan bahasa sederhana, dan contoh-contoh yang nyata agar pesan itu bisa dipahami dan dilaksanakan dalam hidup sehari-hari, dan siap “melayani” dan berkorban setiap waktu. Amin.
Mgr Nico Adi MSC