Renungan Harian 6 Oktober 2024

HARI MINGGU BIASA XXVII

6 Oktober 2024

Bacaan I          : Kej 2:18-24

Bacaan II        : Ibr 2:9-11

Bacaan Injil     : Mrk 10:2-16

Kesetiaan merawat perkawinan

Merenungkan sabda Tuhan hari Minggu ini, saya ingat beberapa pasutri Katolik yang sudah menikah sekian tahun, belum diberi anak atau keturunan oleh Tuhan. Mereka tetap rukun, kompak, dan setia. Anak memang anugerah Tuhan. Bagi kita orang Katolik, anak tidak menjadi alasan untuk berkonflik, apalagi bercerai. Pasutri Katolik sadar betul bahwa tujuan orang menikah dalam perkawinan Katolik bukan pertama-tama untuk mendapatkan keturunan, tetapi saling membahagiakan antara suami dan isteri. Anak adalah buah kasih dari perkawinan sekaligus anugerah Tuhan.

Ajaran Gereja tentang kesucian perkawinan tersebut bersumber dari sabda Tuhan Yesus dalam injil hari ini: “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Hidup berkeluarga adalah panggilan yang mulia. Gereja menyadari martabat luhur perkawinan. Maka perkawinan dipersiapkan dengan sungguh-sungguh melalui kursus persiapan perkawinan, adanya surat baptis terbaru, penyelidikan kanonik dengan pastor, dan diumumkan 3 kali di gereja.

Banyak orang bilang bahwa menikah itu gampang, tetapi merawat perkawinan itu yang tidak gampang. Butuh komitmen dan kesetiaan dari hari ke hari. Juga butuh kerendahanhati untuk sikap saling mengampuni pasangan yang bersalah setiap saat. Hidup perkawinan harus dirawat setiap hari. Terkait dengan hal ini, Bapa Suci Paus Fransiskus dalam perayaan Ekaristi bersama keluarga karyawan Vatikan pernah mengungkapkan: “Rawatlah pernikahanmu dan anak-anakmu. Rawatlah dan jangan terlantarkan mereka: bermainlah bersama anak-anakmu. Perkawinan itu bagaikan sebuah tanaman. Perkawinan itu bukan seperti kloset yang ditaruh di dalam kamar mandi dan bisa dibersihkan sewaktu-waktu. Tanaman itu hidup, perlu dirawat dan diperhatikan setiap hari. Orang tahu bagaimana caranya merawat tanaman dan menyiraminya dengan air setiap hari, dan seterusnya.”

Paus Fransiskus lebih lanjut mengingatkan, “Perkawinan adalah sebuah realitas yang hidup; pasangan tidak bisa dibiarkan begitu saja di dalam setiap tahap kehidupan keluarga. Kita perlu menyadari bahwa anugerah paling berharga bagi anak-anak bukanlah barang-barang, melainkan kasih dari orangtuanya. Saya tidak hanya memaksudkan cinta orangtua kepada anak, melainkan juga cinta di antara orangtua itu sendiri, yakni antara suami dan isteri. Cinta itu akan sangat berpengaruh besar bagi kalian dan bagi anak-anakmu. Jangan terlantarkan keluargamu!”

Kesetiaan dalam merawat hidup perkawinan membutuhkan komitmen kita dan campur tangan rahmat Tuhan. Kerapuhan manusiawi perlu disadari dan diakui. Sekaligus perlu dipersembahkan kepada Tuhan. Diri kita ini seperti bejana tanah liat yang mudah rapuh dan pecah. Perlu ada kerja sama dari usaha kita manusia dan rahmat Tuhan.

Pertanyaan refleksinya, apakah hari-hari ini Anda sedang menghadapi masalah dalam merawat hidup perkawinanmu? Apakah hari-hari ini Anda sedang bergulat dengan hidup panggilanmu? Apa tantangan terberat yang sedang Anda hadapi dalam merawat keluargamu saat ini?

Romo Yohanes Gunawan, Pr

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *