Melalui 1Kor 15: 1-15, Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu akan Injil yang kuberitakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu — kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.
Apa yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.
Bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada 12 murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari 500 saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal.
Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Meski demikian, karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar dan demikianlah kamu menjadi percaya.
Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, Kristus juga tidak dibangkitkan. Jika Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.
Lebih dari itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus — padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.
Lukas dalam injilnya (Luk 7: 36-50) mewartakan: “Ketika itu, seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.
Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.”
Lalu Yesus berkata kepadanya: “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.” Sahut Simon: “Katakanlah, Guru.” “Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, ia menghapuskan hutang dua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?” Jawab Simon: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.”
Kata Yesus: “Betul pendapatmu itu.” Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: “Engkau lihat perempuan ini? Ketika Aku masuk ke rumahmu, engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.”
Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni.” Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: “Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?” Lalu Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Paulus dengan tegas dan terus terang menyatakan bahwa meski tidak layak, karena telah menganiaya dan membunuh jemaat, dia dipanggil Allah untuk mewartakan kebangkitan karena Allah memilih dan begitu mengasihi dia, seperti yang dialami para rasul lainnya.
Kasih karunia yang diterimanya, tidak sia-sia tetapi menghasilkan buah yang berlimpah. Semoga kita pun bersyukur bahwa kita dipilih Allah supaya percaya akan Kristus, dan kasih karunia yang kita terima menghasilkan buah kebaikan, kesetiaan, persaudaraan dan damai.
Dua, perempuan yang berdosa itu tanpa ragu-ragu menunjukkan kepercayaan, ketulusan dan kesungguhannya bahwa dia bertobat. Tindakannya itu dibalas Yesus dengan memberikan pengampunan.
Dia tetap mantap hati untuk menghadap Yesus, dan siap menanggung risiko apa pun atas tindakannya. Pertobatan/pembaharuan hidup memang menuntut keberanian untuk menghadapi risiko. Berani ambil risiko adalah wujud kedewasaan pribadi dan kedalaman iman. Amin.
Mgr Nico Adi MSC