Di tengah berbagai tantangan dan dinamika, Umat Allah Keuskupan Agung Semarang (KAS) pantas bersyukur karena KAS memasuki usia 84 tahun. Perayaan ulang tahun diselenggarakan dalam ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko, 22 Juni 2024.
“Hari ini bersama Panjenengan semua merayakan ulang tahun Keuskupan kita, ulang tahun ke-84. Suasana selalu penuh kegembiraan, sukacita. Inilah hal yang menurut hemat saya pantas kita syukuri,” katanya. Menurutnya, kalau berbicara mengenai perjalanan keuskupan selama 84 tahun, kita layak menghaturkan puji dan syukur kepada Tuhan, karena ada begitu banyak rahmat yang telah kita terima.
Di antara sekian banyak yang disyukuri, Mgr Rubi meringkasnya menjadi 3 hal. Yang pertama, kita bersyukur atas rahmat iman akan Yesus Kristus yang bertumbuh dan berkembang di KAS sejak datangnya para misionaris yang mewartakan Injil, kabar keselamatan. “Di situlah peran pewartaan menjadi sangat penting sekali. Pewartaan mengawali kemunculan Gereja. Itulah sebabnya mengapa tema permenungan kita juga dalam rangka syukur ini adalah ‘kita bertumbuh dalam iman, karena pewartaan dan diutus untuk mewartakan’. Gereja ada karena pewartaan, Gereja bertumbuh melalui pewartaan, dan Gereja diutus untuk pewartaan,” ungkapnya.
Dan karena pewartaan yang terus-menerus inilah maka, lanjutnya, Gereja KAS bertumbuh dan berkembang dengan sangat luar biasa. Menurutnya, ada 376.008 umat KAS saat ini. “Ini yang ada di keuskupan kita ini, yang tinggal di keuskupan kita ini. Belum umat kita yang pergi keluar daerah, keluar Keuskupan dan mereka bekerja menjadi aktivis-aktivis di Gereja-gereja di keuskupan-keuskupan lain. Luar biasa!” kata Mgr Rubi.
Yang kedua adalah syukur atas kesetiaan Allah yang setia mendampingi, menyertai, dan menyelenggarakan kehidupan Gereja dari waktu ke waktu khususnya semenjak 84 tahun yang silam ketika dinyatakan sebagai Vikariat Apostolik Semarang tahun 1940 dan lebih lagi ketika dinyatakan sebagai Keuskupan pada 3 Januari 1961.
“Saat itulah Gereja kita dikepyake, dinyatakan, didirikan sebagai Keuskupan bahkan dengan sebutan Keuskupan Agung Semarang. Dan semenjak itu Gereja berkembang dengan keterlibatan umat yang luar biasa,” katanya.
Karena pertumbuhan umat yang pesat, lanjutnyam Gereja pun dibagi-bagi dalam kevikepan-kevikepan mulai dengan tiga kevikepan: Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta. Beberapa tahun kemudian muncul Kevikepan Kedu. Dalam perkembangan selanjutnya, Kevikepan Yogyakarta pun dimekarkan menjadi Kevikepan Yogyakarta Barat dan Kevikepan Yogyakarta Timur. Tak hanya kevikepan yang bersifat teritorial, kevikepan kategorial pun ditambahkan.
Umat KAS sekarang tersebar di 108 paroki. Selain umat yang bertumbuh, KAS juga memiliki jumlah imam yang melimpah baik diosesan maupun kongregasi. “Maka, kita pantas bersyukur karena Tuhan sungguh-sungguh selalu menyertai kita, menyelenggarakan kehidupan kita, menyelenggarakan keuskupan ini dari waktu ke waktu, hingga menghasilkan buah-buah yang berkelimpahan,” katanya. .
Yang ketiga adalah buah-buah penggembalaan yang tak pernah pudar. “Ini semua nampak dalam begitu banyaknya karya-karya pelayanan, entah itu karya pelayanan pastoral, karya pelayanan pendidikan, kesehatan, sosial dan lain sebagainya, yang dikerjakan secara sinergis, secara bersama-sama baik oleh para romo, para bruder, para suster, awam dan semua saja, terlibat di dalam menggerakkan keuskupan ini dari waktu ke waktu. Kita pantas bersyukur, berterima kasih kepada Tuhan atas anugerah yang luar biasa ini. Dan perkembangan Gereja ini tidak pernah lepas dari hadirnya pelayan-pelayan khusus yang dipanggil dan diutus secara khusus untuk karya penggembalaan di Keuskupan Agung Semarang ini,” katanya.
Ia mengapresiasi banyaknya pihak yang terlibat melayani di KAS baik imam, tokoh, aktivis, maupun umat. “Ini semua orang-orang yang diutus oleh Allah untuk terlibat di dalam dinamika keuskupan kita ini. Allah menyelenggarakan keuskupan ini, menyelenggarakan Gereja kita dengan mengutus orang-orang tertentu untuk secara khusus bekerja di dalamnya menggembalakan umat. Keterlibatan umat yang luar biasa sungguh saya acungi jempol. Entah keterlibatan sebagai pengurus lingkungan, wilayah, stasi, paroki, kevikepan dan juga di tingkat keuskupan. Sungguh ini merupakan anugerah yang luar biasa yang pantas untuk kita syukuri dan kita kembangkan dari waktu ke waktu,” ungkapnya.
Tidak hanya dengan banyaknya orang yang mau terlibat, menurutnya, Allah juga menyelenggarakan keuskupan ini dengan menyediakan sarana-sarana yang luar biasa dan banyak sekali. “Kita termasuk Keuskupan yang makmur. Keuskupan yang sejahtera dari banyak sisinya. Bahkan kita patut berbangga karena kita tidak pernah kekurangan apapun dalam rangka menyelenggarakan keuskupan ini karena solidaritas yang begitu kuat, karena kontribusi yang begitu hebat dari umat sekalian yang menjadi kekuatan utama dari kehidupan Keuskupan kita ini,” katanya.
Tidak hanya dengan sarana-sarana, menurutnya, Allah juga memberikan berbagai macam sarana untuk pelayanan terutama berkaitan dengan pedoman-pedoman. “Kita cukup bersyukur, berbangga karena Bapak Uskup almarhum Monsinyur Puja telah meninggalkan satu Rencana Induk Keuskupan yang dinamakan RIKAS,” katanya. RIKAS adalah Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang. Saat ini KAS memilik RIKAS yang diberlakukan tahun 2016-2035. Dalam perkembangannya ada banyak hal yang aktual yang perlu disikapi. “Karena itu RIKAS kemudian dicoba untuk dievaluasi dan dirumuskan kembali. Dan inilah yang nanti akan kita pakai sebagai dasar pedoman untuk penggembalaan di Keuskupan Agung Semarang ini,” katanya.
Ia pun menjelaskan, dari RIKAS kemudian kita jabarkan dalam Arah Dasar ARDAS Keuskupan Agung Semarang, yaitu program 5 tahunan, dan sekarang ini kita ada pada Ardas yang ke-8, dengan tema “Berakar dalam Kristus dan Berbuah Limpah”. “Dan ARDAS ini nanti dijabarkan dalam berbagai macam pedoman. Ini semua menjadi perangkat yang diberikan Tuhan untuk keuskupan kita. Kita pantas bersyukur karena Keuskupan kita ditata, digembalakan dengan pedoman-pedoman yang ada, sehingga tidak semaunya. Siapapun yang memimpin, siapapun yang berkarya ono patokane. Inilah yang menjadi kekuatan kita,” katanya.
Terinspirasi dari bacaan Injil hari itu, Mgr Rubi menggambarkan Gereja kita bagaikan bahtera atau perahu yang sedang berjalan di dalam sebuah samudera atau danau. “Ketika tenang, tidak ada banyak gelombang maka suasananya menentramkan dan kita mengalami bahtera ini,” ungkapnya. Demikian pula ketika suasananya teduh, tenang menentramkan, maka semuanya berjalan dengan baik. “Kapan itu terjadi? Ketika kita adem-ayem, kompak, rukun ora konflik, tidak ada ketegangan,” katanya.
Menurutnya, ketika Gereja diliputi suasana adem ayem, tenang, tentram, para romo dan kita semua bisa bekerja dengan optimal sehingga pelayanan umat pun juga optimal.
Namun, lanjutnya, ada kalanya ada gelombang-gelombang kecil liyat-liyut yang membuat kita bergembira dan nyaman. Pada waktu yang lain, ada gelombang yang membuat kita khawatir dan kalau tidak hati-hati kita bisa jatuh. “Bisa dibayangkan kalau kita di dalam kapal ada gelombang, kalau nggak pegangan bisa jatuh. Maka inilah saat-saat kita menjadi waspada, hati-hati ketika mulai ada persoalan. Kita, Keuskupan Agung Semarang mempunyai pengalaman-pengalaman seperti itu,” katanya.
Seperti dalam Injil, ketika kapal diterpa angin topan, Yesus menghardik angin itu hingga akhirnya anginnya tenang, reda dan kembali normal. Hal itu, menurutnya, menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah meninggalkan kita.
“Saudara-saudara yang terkasih, inilah perjalanan Gereja kita. Yesus ada di antara kita. Dia tidak tinggal diam. Dia bekerja terus-menerus untuk kita. Yang kita upayakan, yang diminta dari kita adalah jangan takut, namun percayalah. Karena itu dalam kesempatan ini saya mengajak Anda semua dalam rasa syukur ini untuk mengembangkan kepercayaan kita akan Allah yang menyelenggarakan kehidupan kita masing-masing. Kalaupun ada terpaan-terpaan, kesulitan-kesulitan, jangan menjadi kendor, takut, gentar. Sebaliknya, makin kuat dalam pengharapan. Makin kuat dalam kepercayaan. Dan di situlah Yesus akan bekerja keras untuk keselamatan kita. Dan salah satu wujud nyata Yesus menyelenggarakan Keuskupan kita adalah mengutus orang-orang untuk secara khusus bekerja, yakni terlibat di dalam kuria dan dewan Keuskupan Agung Semarang ini,” katanya.
Ekaristi itu pun dilanjutkan dengan pelantikan anggota kuria dan dewan keuskupan yang baru. Romo Fransiskus Xaverius Sugiyana, Pr dilantik menjadi Vikaris Jenderal menggantikan Romo Y.R.Eddy Purwanto, Pr; Romo Silvester Susianto Budi Nugroho MSF dilantik menjadi sekretaris menggantikan Romo BR. Agung Prihartana, MSF; Romo Ignasius Suharyono, Pr menjadi ekonom menggantikan Romo Albertus Nugroho Widiyono SJ; Romo Yohanes Baptista Rudy Hardono, Pr menjadi Vikep Semarang menggantikan Romo Fransiskus Xaverius Sugiyana, Pr; Romo Herman Joseph Singgih Sutoro, Pr menjadi Vikep Surakarta menggantikan Romo Robertus Budiharyana, Pr dan Romo Yosafat Dhani Puspantoro, Pr menjadi Pastor Katedral menggantikan Romo Herman Joseph Singgih Sutoro, Pr.
Sebelum dilantik mereka diminta untuk menyatakan janji dan kesanggupannya. “Para Romo yang terkasih, berdasarkan Kitab Hukum Kanonik kanon 469-471 dan kanon 833 nomor 5, para pemangku tugas pelayanan sebagai Vikaris Jenderal, Sekretaris, Ekonom, Vikaris Judicial, Vikaris Episkopal dan anggota kuria Keuskupan Agung Semarang wajib menyatakan pengakuan iman secara pribadi menurut formula atau rumusan yang disahkan oleh Tahta Apostolik di hadapan Uskup. Karena itu saya minta kepada para Romo untuk menyatakan janji dan kesanggupannya menjalankan tugas,” kata Mgr Rubi. Dalam kesempatan itu mereka juga menandatangani berkas pelantikan.
Perayaan hari ulangtahun juga ditandai dengan promulgasi RIKAS 2016-2035 yang telah disesuaikan dengan situasi kondisi terkini. Buku RIKAS berukuran kertas A3 dan tebal itu pun dibawa Romo Dwi Harsanto untuk kemudian diserahkan kepada Mgr Rubi. “Ini RIKAS-nya, Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang 2016-2035 edisi penyesuaian. “Terwujudnya Peradaban Kasih dalam Masyarakat Indonesia yang Sejahtera, Bermartabat dan Beriman” sebagai tujuan akhir dari RIKAS kita ini yang akan kita pakai sebagai pedoman untuk karya pelayanan kita di seluruh Keuskupan. Maka mohon nanti paroki-paroki dan dewan-dewan untuk memakainya sebagai landasan buat program dan lain sebagainya. Kita sambut dengan sukacita tepuk tangan meriah,” katanya. Umat pun menyambut meriah. Tak hanya itu, perayaan pun diisi dengan pemotongan kue ulang tahun yang dilakukan oleh Mgr Rubi. Sejumlah romo pun membagi kue ulang tahun kepada umat.