Renungan Harian 20 Mei 2024

Secara gerejani hari ini kita memperingati Maria sebagai Bunda Gereja.

Secara nasional kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

Dalam Kej 3: 9-15.20 dikisahkan: “Ketika itu, TUHAN Allah memanggil manusia itu dan bertanya kepadanya: “Di manakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”

Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.

Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.

Yohanes dalam injilnya (Yoh 19: 25-34) mewartakan: Di dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia — supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci —:”Aku haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib — sebab Sabat itu adalah hari yang besar — datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki mereka itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.

Lalu, datanglah para prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.

Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, meski telah berbuat pelanggaran berat (= dosa) dan menyeret Adam (= suaminya) sehingga dua duanya berdosa, Hawa tetap mempunyai peran penting yaitu sebagai ibu pemberi segala yang hidup.

Peran penting ini tidak dicabut oleh Allah sampai kekal, sehingga seorang dari keturunanmya akan meremukkan kepala ular (= sumber kejahatan).

Tuhan memberikan teladan kepada kita: memberikan hukuman tetapi tidak membinasakan. Dia tetap mengakui peran penting yang dimiliki orang itu.

Dua, ketika tergantung di kayu salib, Yesus menyerahkan para murid-Nya kepada ibuNya, dan ibu-Nya kepada mereka. Sejak saat itu, Maria adalah bunda mereka, bunda umat beriman atau disebut juga Bunda Gereja.

Kita sebagai anak-anak Bunda Maria patut bersyukur bahwa kita mempunyai seorang ibu yang beriman, taat dan rendah hati. Semoga kita pun bersedia untuk bersikap demikian.

Tiga, sebagai anak bangsa yang mewarisi hasil perjuangan para pahlawan bangsa, selain bersyukur atas apa yg telah kita alami, pantaslah kita melakukan kegiatan yang mempersatukan bangsa: rasa aman, saling menghormati dan bekerja sama dengan semua pihak yang membangun bangsa dan negara. Misalnya: tertib lalu lintas, bicara yang benar dan jujur, membayar pajak pada waktunya, dan lain-lain. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *