HARI MINGGU PASKAH VI
05 Mei 2024
Bacaan I : Kis 10: 25-26. 34-35. 44-48
Bacaan II : 1 Yoh 4: 7-10
Bacaan Injil : Yoh 15: 9-17
Roh Allah berkarya melampaui batas agama
Mungkin Allah sendiri geli lho, melihat bagaimana umat manusia mengidentifikasikan Diri-Nya. Ada sekelompok agama yang percaya bahwa Allah itu banyak. Bahwa setiap agama atau komunitas iman mempunyai allahnya sendiri, yang berbeda-beda dengan allah lain. Celakanya, setiap agama mengklaim allah mereka sendirilah yang paling benar. Celaka lagi mereka percaya bahwa allah yang satu cenderung menghakimi allah lain sebagai allah palsu, ajaran sesat, dan sebagainya. Dan pada tingkat komunitas akar rumput, sering terjadi gesekan-gesekan antar kelompok agama karena kepercayaan yang ‘menggelikan’ hati Allah yang Esa.
Kepercayaan yang salah kaprah dan bahkan selalu menimbulkan potensi perpecahan dan permusuhan itu bukan sejarah yang baru lahir. Itu ada sejak zaman dahulu kala, ribuan tahun yang lalu. Bukankah Umat Yahudi mengklaim diri sebagai bangsa yang paling dicintai Tuhan. Tuhan yang Esa adalah Tuhan mereka. Jika mau mengamini Tuhan yang mereka imani, jadilah Yahudi terlebih dahulu. Keyakinan itu terus hidup bahkan sampai zaman Yesus dan Gereja awali. Demikianlah Gereja pada awal bertumbuhnya juga mengalami kebimbangan tentang siapa yang berhak untuk mengakui Yesus Kristus Mesias. Hanya kalangan Yahudi yang percaya, ataukah juga setiap orang. Pengalaman berinteraksi dengan berbagai macam orang dan bangsa dengan latar belakang budaya dan kepercayaan masing-masing, telah membuka hati para rasul untuk memahami, betapa karya Allah tidak terbatas pada komunitas iman mereka saja. Demikianlah Petrus memberi kesaksian. “Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya” (Kis 10: 34-35). Kesadaran baru tentang hidup beriman dalam keanekaragaman.
Gereja sejak awal terbentuknya memiliki kesadaran akan Allah yang satu dan esa, yang menjelma menjadi manusia dalam sosok Yesus Sang Putera. Ini pulalah yang semestinya menjadi misi Gereja saat ini, memperkenalkan Allah yang esa dengan segala kehendak penyelamatan-Nya. “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.“ (Yoh 15: 9). Maka marilah kita merengkuh setiap pribadi bukan sebagai pribadi yang asing, yang berbeda dengan kita karena agama dan keyakinannya. Dan jika mungkin, mengembangkan komunitas iman dalam dasar-dasar keyakinan yang sama, walau praktik keagamaannya berbeda. Allah satu untuk semua.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr