Renungan Harian 5 Februari 2024

Dalam Dan 3: 25.34-43 dikisahkan ketika dimasukkan ke dalam dapur api, Azarya berdiri dan berdoa: “Janganlah kami Kautolak selamanya demi nama-Mu, dan janganlah Kaubatalkan perjanjian-Mu. Jangan Kautarik kembali dari kami belas kasihan-Mu demi Abraham, kekasih-Mu, demi Ishak, hamba-Mu dan demi Israel, orang suci-Mu. Kepadanya telah Kaujanjikan untuk memperbanyak keturunan mereka laksana bintang-bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut.

Ya Tuhan, jumlah kami telah menjadi lebih kecil daripada jumlah sekalian bangsa, dan sekarang kami pun dianggap rendah di seluruh bumi karena segala dosa kami. Dewasa ini pun tidak ada pemuka, nabi atau penguasa, tiada korban bakaran atau korban sembelihan, korban sajian atau ukupan; tidak pula ada tempat untuk mempersembahkan buah bungaran kepada-Mu dan untuk mendapat belas kasihan.

Semoga kami diterima baik, karena jiwa yang remuk redam dan roh yang rendah, seolah-olah kami datang membawa korban-korban bakaran domba dan lembu serta ribuan anak domba tambun. Demikianlah hendaknya korban kami di hadapan-Mu pada hari ini berkenan seluruhnya kepada-Mu, sebab tidak dikecewakanlah mereka yang percaya kepada-Mu.

Kini kami mengikuti Engkau dengan segenap jiwa dan dengan takut kepada-Mu, dan wajah-Mu kami cari. Janganlah kami Kaupermalukan, melainkan perlakukankanlah kami sesuai dengan kemurahan-Mu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu. Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan.

Matius dalam injilnya (Mat 18: 21-35) mewartakan: “Ketika itu datanglah Petrus dan bertanya kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Jawab Yesus: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Yesus berkata lagi: Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan para hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.

Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, dan berkata: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

Kemudian ketika keluar, hamba itu bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, serta berseru: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.

Ketika melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?

Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada para algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Demikianlah, Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Azarya mewakili umat beriman sekian abad yang silam yang yakin bahwa Allah sungguh berbelas kasih dan siap mengampuni orang-orang berdosa yang menyesali dan memohon pengampunan.

Hendaknya kita pun yakin bahwa Allah yang sama yang kita imani juga siap mengampuni dosa-dosa kita, kapan saja kita meminta pengampunan.

Dua, Yesus menegaskan bahwa orang-orang yang telah mendapatkan kemurahan hati, pengampunan dan pembebasan dari beban dan hukuman atas dosa hendaklah berbuat yang sama kepada sesama.

Betapa bahagia dan mulianya orang yang dengan rela hati mengampuni dan membebaskan beban sesama kita. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *