Dalam Komitmen Cinta Sejati

Oleh BAVO BENEDICTUS SAMOSIR, OCSO*

 

Mentari mengintip di ufuk timur, seakan mulai mengamati aktivitas penduduk bumi di awal hari. Apakah ada penduduk yang sedang mengamalkan cinta sejati? Terlihat sebuah pasar sederhana dengan kesibukan harian di pagi hari. Seorang ibu lebih dari separuh baya sibuk melayani pelanggan yang berbelanja sayuran dan kebutuhan dapur lainnya di lapaknya. Di atas lapak yang telah menemaninya lebih dari satu dekade dalam mencari rejeki, tertata rapi kol, sawi, wortel, tomat, jagung muda, cabe rawit, cabe hijau, labu acar, buncis dan berbagai macam sayuran lainnya yang menyehatkan tubuh.

Dengan keramahan yang tulus dari hati, bukan sekadar keramahan seorang pedagang, ia melayani para customer yang membelanjakan uang mereka untuk mendapatkan dagangannya. Ia menghadapi para pelanggan yang menawar dagangannya dengan harga murah dari harga yang seharusnya, namun keramahan itu tetap ada karena keramahan itu memang melekat di pribadinya. Tak heran jika banyak pelanggan tetapnya selalu datang membeli dagangannya

Dia berdagang sayur demi kehidupan masa depan kedua anaknya agar menjadi lebih baik dari kehidupannya saat ini. Dia rela setiap hari bangun lebih awal untuk mempersiapkan dagangannya di pasar sederhana itu demi membantu sang suami untuk membiayai pendidikan anak-anaknya agar mencapai sarjana demi masa depan yang lebih baik. Orang tua selalu mengusahakan yang terbaik bagi anak-anaknya. Itulah yang dinamakan komitmen cinta sejati, cinta murni, cinta penuh pengorbanan tanpa syarat dari orang tua terhadap anaknya. Cinta yang secara konsisten bertindak berdasarkan komitmen pemberian diri bagi orang yang dicinta bukan bagi dirinya.

Dalai Lama pernah mengatakan, ‘Cinta dan kasih sayang adalah kebutuhan, bukan kemewahan. Tanpa cinta dan kasih sayang umat manusia tidak dapat bertahan hidup’. Manusia membutuhkan cinta dalam menjalani kehidupan. Manusia akan selalu mencari cinta ketika ia tidak  mengalami cinta dalam hidup. Namun sangat disayangkan, manusia sering mencari cinta di tempat yang salah sehingga ia tidak menemukannya atau ia hanya menemukan cinta emosional yang datang dan pergi. Cinta yang hanya bertahan saat senang dan tidak bertahan saat susah.

Cinta sejati tidak berada di ruang paling tinggi di angkasa atau di ruang gelap terdalam di lautan tetapi ada di dalam ruang lubuk hati di diri kita masing-masing, di mana Allah bersemayam melalui Roh Kudus.“… Kasih Allah telah dicurahkan dalam hati kita melalui Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:5). Jadi, sesungguhnya cinta sejati adalah esensi diri kita yang sejati. Cinta sejati itu selalu ada di sana dan tidak pernah pergi. “Aku telah mencintaimu dengan cinta abadi, oleh karena itu aku terus setia padamu.” (Yeremia 31:3). Kata tidak akan pernah mampu sepenuhnya menjelaskan cinta sejati di dalam hati kita, kita harus mengalami cinta sejati itu dengan berada di dalamnya.

Jika kita belum menemukannya atau mengalaminya, hal itu karena kita belum mau ke sana atau belum sampai ke sana. Jika kita belum mampu mengalami dan menjalani cinta sejati dalam kehidupan setiap hari, hal itu dikarenakan banyak hal-hal negatif dalam diri kita yang menjadi penghalang terhadap cinta, antara lain ego yang memperbudak diri kita. Kita perlu melampaui ego kita agar menemukan sumber cinta sejati ini dalam diri kita. Ego yang ingin menjadi pusat seluruh kehidupan. Sikap egois kita merupakan kekuatan besar yang menjadi penghalang perjalanan kita dalam menemukan sumber cinta sejati ini dalam diri kita

Cinta sejati adalah cerminan cinta Yesus Kristus kepada kita umat-Nya, melalui perkataan dan perbuatan-Nya, dalam kehidupan dan kematian-Nya. Kita harus mengakui bahwa kita tidak mampu melakukan dengan sempurna seperti Yesus lakukan. Maka kita mohon bantuan dan bimbingan pada-Nya yang berada dalam hati kita. Percaya pada cinta-Nya yang sejati kepada kita, sehingga kita dimampukan untuk mewujudkan cinta sejati dalam kehidupan. ‘Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita’. (1Yohanes 4:19). Bumi ini pasti akan menjadi tempat yang damai jika kita semua menjalankan cinta sejati kepada semua orang yang kita temui dalam kehidupan harian kita, bahkan mereka yang tidak kita sukai, yang ingin kita hindari. “Jika kamu hanya mencintai orang yang mencintaimu, apakah jasamu? Bahkan orang berdosa pun mencintai orang yang mencintainya. Jika kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. (Lukas 6:32-33). Untuk itu, kita perlu mengatasi semua kelemahan yang menghambat di dalam diri dan membiarkan cinta mengalir bebas dalam hidup kita.

Di tengah malam, rembulan malam dengan senyumannya yang teduh memandang seorang pria usia duapuluhan tahun sedang tekun mempelajari kembali isi lembaran halaman buku catatan yang ia tulis dari jam kuliah oleh seorang dosen. Dosen yang selalu membuat mahasiswi dan mahasiswa nyaman dan senang mengikuti jam kuliahnya, sehingga waktu terasa seakan berlari dengan cepat.

Hampir empat puluh menit ia duduk menekuni buku catatan itu. Mata mulai sedikit lelah namun ia tetap bertahan dalam ketekunan. Masa depan yang cerah dan pengorbanan kedua orang tuanya membuat dirinya untuk terus bertekun. Itulah bentuk komitmen cintanya terhadap diri sendiri dan komitmen cintanya terhadap kedua orang tuanya. Saat ini ia belum bisa memberikan sesuatu kepada kedua orang tuanya, namun ia sudah menunjukkan cintanya kepada mereka dengan tekun dan serius menjalani masa kuliah.

Rembulan malam masih terus memandangnya melalui jendela kamar yang terbuka. Ia mengalihkan pandangannya dari buku catatan ke luar jendela. Ia berharap agar mata lelahnya terobati oleh keindahan rembulan. Tiba-tiba ia teringat kepada seorang wanita yang sudah setahun dekat dengannya. Beberapa jam lagi ia akan mengirim lukisan hati dan bunga lewat whatsapp kepada dia yang ia cintai. Tidak ada hal yang khusus di hari Valentine bagi mereka berdua, namun setiap hari, saling mencintai  sedalam-dalamnya dari hati dalam komitmen cinta sejati. ‘..hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.’ (1Petrus 1:22).

Cinta sejati itu bukanlah tentang emosi dangkal, sentimental yang hanya sekadar memberi coklat, boneka beruang, kartu, bunga, dan kue kepada orang yang kita kasihi tetapi tentang adanya saling mendukung dan memberikan kebaikan, hal-hal yang bermanfaat dalam perjalanan kehidupan masa depan bersama yang lebih baik. Itulah komitmen cinta sejati.

*Penulis adalah Rahib dan Imam, Mount Melleray Abbey – Copaquin,  Co. Waterford- Irlandia

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *