Hari ini kita merayakan pesta Yesus dipersembahkan di bait Allah. Maria dan Yoseph pergi ke Yerusalem untuk memenuhi tuntutan hukum Taurat yaitu bahwa anak laki-laki sulung harus dipersembahkan bagi Tuhan, atau sebagai gantinya kurban yang lain. Apa yang mereka lakukan itu merupakan bukti bahwa mereka adalah orang tua yang saleh dan taat pada hukum Tuhan.
Dalam Mal 3: 1-4 dikisahkan beginilah firman Tuhan: “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam.
Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak.
Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, agar mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.
Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.
Penulis Ibr 2: 14-18 menyapa umatnya: “Saudar-saudara, karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, Yesus juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.
Dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sesungguhnya, bukan para malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.
Dia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.
Lukas dalam injilnya (Luk 2: 22-40) mewartakan: “Ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, Yusuf dan Maria membawa Kanak-kanak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan Dia kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”, dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
Di Yerusalem ada seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.
Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada Tuhan apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah.
Ia berkata: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”
Bapa dan ibu Yesus amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Anak itu. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri —, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.”
Juga di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun.
Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.
Ketika itu datanglah ia juga ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah Yusuf, Maria dan Anak itu ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, orangtua yang saleh dan takut akan Tuhan, dengan rela hati akan memenuhi tuntutan hukum/aturan agamanya. Hal itu merupakan teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Yesus yang lahir di dalam keluarga itu, mewarisi nilai-nilai kesalehan dan ketaatan orangtua-Nya.
Hendaknya para orang tua selalu memberikan perhatian yang baik dan terus-menerus tentang nilai-nilai kehidupan dan kepribadian kepada anak-anak mereka. Janganlah kehadiran dan peran mereka digantikan oleh pembantu atau gadget.
Dua, Simeon dan Hanna tiap hari berada di bait Allah, karena peran mereka sebagai imam/nabi, tetapi juga karena mereka telah melatih diri agar senantiasa dibimbing oleh Roh Kudus. Mereka menjadi orang yang peka akan kehadiran Allah dalam diri Kanak-kanak Yesus.
Ssmoga kita pun peka dan tergerak untuk menyambut Allah yang hadir dalam diri sesama karena diri kita dibimbing dan dibaharui oleh Roh Kudus. Amin.
Mgr Nico Adi MSC