Renungan Harian 28 Januari 2024

HARI MINGGU BIASA IV

28 Januari 2024

Bacaan I          : Ul 18: 15-20

Bacaan II        : 1 Kor 7: 32-35

Bacaan Injil     : Mrk 1: 21-28

Kewibawaan lahir dari kesucian

Keliru bila kita beranggapan bahwa wibawa berkaitan dengan status diri seseorang secara sosial. Entah karena kedudukan dalam pemerintahan, kekayaan, kesaktian supra natural, dan sebagainya. Jika itu dianggap kewibawaan, sifatnya hanya sementara dan bernilai duniawi. Saya mempunyai tetangga yang sederhana. Ia seorang bapak yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kebon. Memiliki istri dan beberapa anak. Sangat saleh, penuh hormat dan respek kepada sesama. Ia taat beribadah dan supel dalam berelasi dengan siapapun. Santun dan berbahasa halus. Nyata sekali bahwa semua sikap dan karakter itu lahir dari iman yang dihidupinya. Semua sahabat dan tetangga pasti sepakat kalau orang itu diberi predikat: pribadi yang berwibawa. Kewibawaannya tidak dikarenakan sesuatu yang di luar dirinya seperti harta atau kuasa, melainkan melekat dalam dirinya yaitu Allah yang tinggal dalam hatinya. Sudah lama dia wafat, namun kami tetangga-tetangganya tetap mengenangnya dengan hormat sebagai orang yang berwibawa dan suci.

Yesus memasuki desa Kapernaum. Dan di sana ia mengajar. Semua orang takjub mendengar-Nya, sebab berbeda dengan ahli-ahli Taurat. Diceritakan pula bahkan roh jahat pun sungkan dan enggan mendekat-Nya: Apa urusan-Mu dengan kami hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Kami tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah” (Mrk 1: 24). Peristiwa ini semakin membuat orang-orang Kapernaum semakin heran. “Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya” (Mrk 1: 27).Tentu saja wibawa Yesus bukanlah sekadar wibawa murahan yang diperoleh dengan cara yang artifisial duniawi. Ia memiliki wibawa karena relasi-Nya dengan Bapa di surga. Kewibawaan Yesus adalah kesucian-Nya yang membuat setiap pribadi tertegun berjumpa dengan-Nya.

Banyak fungsionaris di Gereja yang berwibawa. Sekali lagi bukan soal duniawi, melainkan teladan hidupnya yang layak ditiru oleh siapapun. Ah, andaikata seorang pewarta di Gereja kita ini lahir dari kegembiraan hidup yang terus disyukuri, nilai-nilai iman yang terus diperjuangkan, niscaya akan menarik banyak orang untuk mengikuti siapa yang diimani oleh pewarta tersebut. Dan bukankah panggilan kewibawaan itu juga milik kita masing-masing?

Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *