PESTA KELUARGA KUDUS NAZARET
31 Desember 2023
Bacaan I : Kej 15: 1-6; 21:1-3
Bacaan II : Ibr 11: 8, 11-12, 17-19
Bacaan Injil : Luk 2: 22-40
Menanamkan kebiasaan baik dalam keluarga
Masing-masing daerah memiliki tradisi. Demikianlah tradisi iman yang baik, hidup di berbagai daerah di Jawa Tengah ini. Salah satu tradisi yang menarik di Pegunungan Menoreh adalah kebiasaan untuk berdoa Malaikat Tuhan ketika terdengar lonceng gereja. Para petani yang sedang menggarap sawah, para tukang yang sedang membangun rumah, para ibu yang sedang memasak di dapur, para pelajar yang sedang berjalan kaki pulang dari sekolah, semuanya berhenti beraktifitas dan berdoa Malaikat Tuhan. Ini adalah salah satu tradisi. Ada banyak tradisi lain yang dihidupi oleh kaum beriman sesuai dengan daerah masing-masing. Dulu, di paroki Wedi ada tradisi visitasi. Para pedagang di pasar, dan mereka yang mau belanja ke pasar, mampir ke gereja ketika berangkat atau ketika pulang dari pasar, untuk sekadar menatap Tuhan dalam tabernakel, atau membisikkan doa. Best practices.
Bagaimana tradisi terbentuk? Dari pembiasaan entah secara personal, keluarga, maupun masyarakat tertentu. Jika yang dibiasakan adalah baik, itu membentuk seseorang menjadi pribadi yang baik. Betapa banyak orang enggan meninggalkan agamanya yang lama karena tradisi agama yang sekian lama telah dihidupi dan diajarkan oleh orang tua ketika masa kecilnya. Hidup beriman di antaranya adalah melakukan sesuatu yang dianggap suci, saleh, dan berdayaguna terus menerus. Bahkan seringkali itu dilakukan seraya belum paham akan gunanya. Minggu palma berarti datang ke gereja membawa daun palma, misa Paskah berarti siap untuk tidak mengantuk ketika misa tengah malam, bulan Mei berarti menyediakan waktu untuk ziarah ke Sendangsono, dan sebagainya. Seringkali tanpa paham akan sesuatu yang dilakukannya. Meniru.
Yusuf dan Maria sebagaimana diceritakan dalam Kitab Suci, adalah keluarga saleh yang menghidup tradisi. “Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat, Maria dan Yusuf membawa Kanak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan Dia kepada Tuhan seperti ada tertulis dalam hukum Taurat Tuhan: Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah” (Luk 2: 22-23). Tentu Yesus belum paham tentang apa yang dilakukan oleh kedua orang tua-Nya. Namun, entah paham atau belum, Maria dan Yosef melakukan pembiasaan yang baik. Tentu, melalui tradisi iman yang biasa kita lakukan, Allah membimbing dalam Roh-Nya, sehingga apa yang kita lakukan, berdaya guna bagi pertumbuhan iman dan kesalehan hidup. Keluarga Kudus Nazaret mengajak kita untuk terus menghidupi tradisi/pembiasaan iman dan agama. Tidak berdasarkan mood belaka, melainkan dengan konsistensi, tekun , dan disiplin. Niscaya, nanti kita akan memetik buah kesalehan hidup. Tuhan memberkati segala niat baik kita.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr