Hari ini kita merayakan pesta St. Yohanes Rasul – penulis Injil. Ayahnya bernama Zebedeus, yang bekerja sebagai nelayan.
Di dalam injil dia dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus, dan hadir waktu Yesus berubah rupa, dan pada saat Yesus disalibkan. Dari salib, Yesus menyerahkan ibunya kepadanya dengan berkata: “Ibu itulah anakmu. Anak itulah ibumu”.
Yohanes diasingkan di pulau Patmos, dan meninggal pada akhir abad pertama, dalam usia lebih dari 100 tahun. Makamnya terdapat di Efesus.
Dalam 1Yoh 1: 1-4, Yohanes menyapa umatnya: “Saudara-saudara, apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup — itulah yang kami tuliskan kepada kamu.
Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.
Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
Yohanes dalam injilnya (Yoh 20: 2-8) mewartakan: “Pada waktu itu, Maria Magdalena, berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.”
Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam.
Maka tibalah Simon Petrus menyusul dia, lalu masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.
Lalu, masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Yohanes sebagai murid yang dikasihi Yesus, menyadari bahwa dia punya banyak pengalaman istimewa dan kedekatan dengan Yesus. Semua itu mendorong dia untuk menulis injil dan surat-suratnya.
Semoga kita percaya penuh akan apa yang telah ditulis Yohanes tentang Yesus karena dia menghendaki semua pengikut Yesus mendapat keselamatan. Yohanes memberi teladan tentang kesediaan untuk membagi kasih Allah kepada sesama.
Dua, dua murid Yesus yang pergi ke makam memberikan kesaksian bahwa Yesus benar-benar bangkit.
Petrus dan Yohanes memberikan teladan untuk mengecek kebenaran tentang kebangkitan Kristus. Cek dan ricek amat penting supaya kita tidak kerja serampangan, tetapi rapi dan teratur. Berkah Dalem.
Mgr Nico Adi MSC