Renungan Harian 23 Desember 2023

Dalam Mal 3: 1-4.4: 5-6 dikisahkan beginilah firman Tuhan: “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sungguh, Ia datang.

Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri?

Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak. Dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.

Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.

Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati para bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada para bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.

Lukas dalam injilnya (Luk 1: 57-66) mewartakan: “Ketika itu, genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika para tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.

Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Kata mereka: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.”

Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: “Namanya adalah Yohanes.” Dan mereka pun heran semuanya.

Seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah ikatan lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea.

Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Tuhan sendiri yang menetapkan dan menyuruh utusan-Nya untuk mempersiapkan jalan. Artinya Tuhan telah punya rencana besar dan tidak kerja asal-asalan, untuk kebaikan dan keselamatan umat-Nya.

Semoga kita pun sebagai anak-anak-Nya bekerja secara teratur, terencana dan demi kebaikan dan keselamatan banyak orang.

Dua, setelah masa tidak enak dilewati, Elisabeth dan Zakaria masih harus menghadapi “aturan/kebiasaan masyarakatnya”, yaitu dalam hal memberi nama.

Ketika mereka “taat kepada Allah”, Allahlah yang bekerja dengan cara dan sesuai dengan kuasa-Nya yang luar biasa. Buah-buahnya adalah Zakaria bisa berbicara dengan lancar dan umat pun memuliakan Allah.

Kalau pekerjaan/kegiatan/tindakan itu adalah rencana Allah, marilah kita percaya bahwa Dialah yang akan menyempurnakan semuanya. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *