Hari ini kita memperingati peristiwa Maria dipersembahkan kepada Allah. Pada tanggal 21 November 543 gereja baru yang diberi nama Gereja St. Perawan Maria yang letaknya dekat bait suci Yerusalem, diberkati.
Karena kuasa dan bimbingan Roh Kudus, Maria mempersembahkan diri dan hidupnya kepada Tuhan. Ia melaksanakan kehendak Allah dg sempurna dan menjadi Bunda Kristus.
Dalam Za 2: 10 -13 dikisahkan beginilah firman Tuhan: “Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion, sebab sesungguhnya Aku datang dan diam di tengah-tengahmu, demikianlah firman TUHAN.
Banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada TUHAN pada waktu itu dan akan menjadi umat-Ku dan Aku akan diam di tengah-tengahmu.” Maka engkau akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu.
TUHAN akan mengambil Yehuda sebagai milik-Nya di tanah yang kudus, dan Ia akan memilih Yerusalem pula. Berdiam dirilah, hai segala makhluk, di hadapan TUHAN, sebab Ia telah bangkit dari tempat kediaman-Nya yang kudus.
Matius dalam injilnya (Mat 12: 46-50) mewartakan: “Ketika Yesus masih berbicara kepada orang banyak, ibu dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.”
Jawab Yesus: “Siapa ibuKu? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah para murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, kedatangan Tuhan di tengah-tengah umat-Nya selalu membawa sukacita. Ia pun mengajak bangsa-bangsa untuk bergabung dan bersukacita karena utusan-Nya ada di antara mereka.
Orang baik yang ada di sekitar kita adalah para utusan Allah. Semoga kita pun terpanggil untuk menjadi utusan Allah dan membawa sukacita kepada sesama.
Dua, Yesus menunjuk para murid-Nya sebagai ibu, saudara-saudari-Nya. Itu artinya Dia tidak ragu-ragu untuk mengakui semua orang, tanpa membedakan suku, bahasa, adat, falsafah hidup dan lain-lain sebagai ibu dan saudara-saudarinya-Nya.
Hendaknya penegasan Yesus itu menjadi kekuatan untuk bersikap terbuka, toleran, bijaksana, penuh penghargaan kepada mereka meski berbeda suku, agama, ras dan antar golongan. Amin.
Mgr Nico Adi MSC