Renungan Harian 9 Oktober 2023

Dalam Yun 1: 1-17.2:10 diberitakan beginilah firman Tuhan kepada Yunus: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Sementara itu, Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.

Dia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.

Lalu, TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, dan terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya.

Sedangkan Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. Lalu, datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: “Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.”

Lalu berkatalah mereka satu sama lain: “Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini.” Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi. Berkatalah mereka: “Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?”

Sahut Yunus: “Aku seorang Ibrani dan takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan.” Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata: “Apa yang telah kauperbuat?” — sebab mereka itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukan Yunus kepada mereka.

Bertanyalah mereka: “Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora.” Sahutnya: “Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.”

Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. Lalu berserulah mereka kepada TUHAN: “Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.”

Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkan dia ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. Meraka menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar.

Lalu, atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. Berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itu memuntahkan Yunus ke darat.

Lukas dalam injilnya (Luk 10: 25-37) mewartakan: “Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus. Ia bertanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”

Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”

Untuk membenarkan dirinya orang itu bertanya lagi: “Siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.

Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu.

Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.

Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Yunus panas hati/iri hati kepada bangsa Ninive karena Tuhan mengasihi bangsa itu. Menurut Yunus bangsa itu sudah sepantasnya dihukum, karena kejahatan mereka sudah kelewat batas. Daripada pergi ke Ninive untuk mempertobatkan mereka, Yunus memutuskan untuk melarikan diri.

Sementara itu, pikiran Tuhan jauh berbeda dengan pikiran Yunus. Tuhan sungguh menyayangi mereka dan menghendaki mereka tetap hidup dan bertobat. Hendaknya kita mencari dan taat kepada kehendak Tuhan.

Dua, Yesus menegaskan bahwa sesama manusia adalah mereka yang dengan tulus segera menolong/melayani orang yang sedang tidak berdaya, tanpa menghitung untung rugi, status sosial atau batasan-batasan lainnya. Dia menjadi saluran rahmat bagi semua orang. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *