Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St. Vinsensius a Paulo. Dia lahir di Pouy, Perancis dari keluarga petani miskin yang saleh. Karena kecerdasannya, dia dapat menyelesaikan studinya dengan lancar dan ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1600.
Tahun 1617, dia ditugaskan di paroki yang sulit dan berat karena kemerosotan moral dan praktek kekafiran. Dalam waktu 1 tahun dia berhasil mempertobatkan mereka. Di paroki inilah dia memperhatikan kaum miskin, dan mendirikan tarekat Putri Kasih. Dia juga mendirikan tarekat imam misioner untuk karya misi yang dikenal dengan nama “Kongregasi Misi”. Vinsensius meninggal tanggal 27 September di Paris.
Melalui 1Kor 1: 26-31 Paulus menyapa umatnya: “Saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil. Menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang.
Meski demikian, apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat. Dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat.
Juga apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.
Oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: “Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”
Matius dalam injilnya (Mat 9: 35-38) mewartakan: “Pada waktu itu, Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Ketika melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
Maka kata-Nya kepada para murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”
Hikmah apa yang dapat kita petik:
Satu, Paulus, rasul besar itu – mengingatkan bahwa tanpa Allah yang hadir dalam diri Yesus, kita semua ini bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Juga Allah amat bisa dan berkuasa untuk memilih yang tidak terpandang sekalipun untuk menjadi “alat-Nya yang luar biasa”.
Begitu pula St. Vinsensius, dia tanpa Yesus tidak bisa berbuat apa pun untuk mengumpulkan dan menghantar banyak orang kepada Allah.
Maka, sesungguhnya tidak layaklah kita menyombongkan diri di hadapan Allah dan sesama.
Dua, Tuhan Yesus memberitahu bahwa panenan milik Allah itu banyak dan ada di mana-mana. Maka pantaslah kita bersyukur atas panggilan-panggilan yang tetap ada di tanah air kita. Di sisi lain, kita diajar juga untuk meminta dan menyiapkan para penuainya. Artinya kita juga turut bertanggungjawab untuk menyiapkan mereka, dan bukan hanya pasif (menunggu dan meminta). Kita adalah partner Allah yang berkualitas, dan bukan pesuruh Allah yang pasif. Amin.
Mgr Nico Adi MSC