Renungan Harian 8 September 2023

Hari ini adalah hari Pesta Kelahiran St. Perawan Maria. Pesta ini menunjukkan bahwa Umat Allah dari zaman ke zaman mengasihi Bunda Maria yang telah melahirkan Yesus – Penebus dosa manusia.

Agar penebusan dosa dan keselamatan umat itu dapat terlaksana, Allah membutuhkan peran serta perempuan untuk mengandung dan melahirkan Anak-Nya. Marialah yang dipilih Allah.

Dalam rangka pengakuan iman inilah, Pimpinan Gereja merasa perlu untuk menentukan hari kelahiran Maria. Tanggal yang ditetapkan adalah tanggal 8 September. Mula-mula pesta ini dirayakan di Gereja Timur, dan mulai abad ke-7 dirayakan juga di Gereja Barat yang disebut juga Gereja Roma.

Dalam Mi 5: 1-4a disampaikan sabda Tuhan: “Hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, darimu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.

Maka ia akan bertindak dan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya. Mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi, dan dia menjadi damai sejahtera.

Matius dalam injilnya (Mat 1: 18-23) mewartakan: “Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.

Ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.

Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.”

Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.

Hikmah yang dapat kita petik:

Satu, Maria meski dipilih sebagai Bunda Yesus dan melahirkan Dia tidak serta merta mendapat pengakuan umum/umat manusia baik di negaranya maupun di luar negeri. Pengakuan-pengakuan itu terjadi sekian abad, setelah dia tidak ada di dunia ini. Bagi Maria, yang penting bahwa rencana Allah untuk menebus dosa manusia sungguh-sungguh terlaksana.

Moga-moga kita pun dalam bekerja tidak perlu menuntut pengakuan/penghargaan dari pihak lain. Yang paling penting hidup dan keselamatan sesama, terjamin.

Dua, Yusuf “didorong untuk menerima Maria sebagai istrinya”. Meski tidak memahami rencana Tuhan yang begitu besar, dia menerima permintaan itu. Dia memberikan teladan kepada kita tentang pengorbanan tanpa hitung-hitungan, namun dia tidak habis-habisan.

Dia tetap bisa hidup dengan damai dan tidak berkurangan. Hendaknya kita meneladan dia, yaitu berkorban tanpa hitung untung rugi, namun tidak habis-habisan. Amin.

Mgr Nico Adi MSC

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *