MINGGU PRAPASKAH I
26 Maret 2023
Bacaan I : Kej 2: 7-9; 3: 1-7
Bacaan II : Rom 5: 12-19
Bacaan Injil : Mat 4: 1-11
Tegas pada godaan dan kecenderungan dosa
Kelalaian yang menyebabkan kerugian orang lain dan merusak hubungan kita dengan Tuhan adalah dosa dan kesalahan. Sebab bisa saja saya minum minuman keras dan setengah mabuk, lalu saya mengendarai motor saya sehingga menabrak orang. Kelalaian tanpa kesalahan kah? Atau karena saya sedang marah dengan salah seorang anggota keluarga saya di rumah, kemudian saya pergi ke kantor, lalu tiba-tiba seharian saya ‘badmood’, memarahi dan menyalahkan setiap orang yang bekerja dengan kita, tidak bersalahkah kita? Mungkin ini bisa menjadi ilustrasi untuk melihat rangkaian dosa Adam dan Hawa.
Dikisahkan dalam Kitab Kejadian tentang hidup harmonis di taman Firdaus. Mula-mula semuanya baik, sampai pada akhirnya terjadilah dosa demi dosa. Bagaimana dosa bahkan menguasai hidup mereka, Adam dan Hawa, sehingga Tuhan ‘marah’ dan mengusir mereka. Pada mulanya, ketika Allah menciptakan Adam dan kemudian Hawa, Allah telah menghadiahkan kepada mereka sebuah kehidupan yang indah. Fasilitas yang digambarkan sebagai Taman Firdaus adalah sempurna. Apalagi Allah sendiri selalu menyertai mereka dengan penuh cinta. Namun, selalu saja sampai di mana dan kapan pun manusia tidak pernah puas dengan pencapaiannya yang sekarang. Hawa tergoda oleh bujukan ular. Ia menyetujui godaan ular dan memakan buah terlarang yang berada di tengah taman. Tidak sampai di situ saja, ia menggoda Adam untuk melakukan yang sama. Terjadilah dosa.
Mengawali karya publik-Nya, setelah Yesus mempersiapkan diri dengan doa dan puasa selama 40 hari, Yesus dihadapkan pada nafsu rejeki, ‘harga diri’, dan iman. Pada sesuatu yang sangat menggoda tersebut, Dia tidak sekalipun berkompromi dengan setan. Semakin setan mendesak dan melonjak, semakin Yesus tegas mengambil sikap. “Enyahlah, iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Mat 4: 10). Ular merepresentasikan nafsu-nafsu yang kita miliki. Nafsu-nafsu yang tidak terkendali akan melahirkan dosa. Dan Yesus menjadi contoh kontras bagaimana Dia bersikap tegas terhadap godaan. Nafsu-nafsu yang tak terkendali dalam diri kemanusiaan kita yang direpresentasikan dalam sosok setan sangatlah licik dan pandai.
Tegas dan tidak kompromi pada godaan dan kecenderungan dosa.
Romo F.X. Agus Suryana Gunadi, Pr