Buku Paus Benediktus XVI mengenai Yesus Kristus, melukiskan dengan mesra, bahwa ia ingin, tata-layan gerejawi diwarnai oleh cinta Yesus Kristus. Semula buku itu direncanakan hanya satu jilid, tetapi kemudian tumbuh menjadi tiga jilid. Hal itu boleh memberi tanda, bahwa baginya, jelas ada pengutusan: “mendorong seluruh Gereja, agar menempatkan kasih Yesus sebagai azas dan dasar kehidupan seluruh murid Kristus. Dengan demikian, dapatlah kita menemukan sifat utama Ratzinger dan Benediktus XVI.
Bayern
Setiap orang yang pernah tinggal di bagian selatan Jerman, akan merasakan bagaimana cinta Yesus menandai politik, ekonomi, kebudayaan dan kehidupan harian rakyat. Ketika pertama kali saya diajak merayakan Misa Pertama seorang imam Jerman, yang sekarang juga sudah meninggal, saya langsung merasakan, betapa warna Kristiani amat terasa. Dan itulah negara pertama yang kukunjungi di Eropa pada tahun 1966. Di Bayern ada banyak tempat ziarah dan gedung-gedung gereja yang indah sekali, di samping biara yang mengagumkan. Namun, tahun pertama di daerah Ratzinger atau Paus Benediktus XVI ini mengajarkan kepada saya, arti ‘sakramen’. Artinya: iman kepada Yesus Kristus dapat kita temukan “tanda dan sarananya” dalam hidup sehari-hari maupun upacara kemasyarakatan. Itulah sebabnya, uraian Ratzinger mengenai relasinya dengan Yesus, dalam Buku Triloginya tentang Yesus, memantulkan, bahwa iman dan kultur erat berkaitan satu sama lain. Baerbl, seorang gadis yang tinggal tidak jauh dari Kolese Berchmansskolleg kami di tepi kota kecil Pullach, dekat Muenchen, Ibukota Bayern atau Bavaria, menularkan kepada saya, bagaimana iman dan relasi persaudaraan amat nampak dalam umat Kristen. Betapa dekat dengan Ajaran Yesus: “Biarlah orang mengenali kamu sebagai murid-murid Kristus, dari persaudaraanmu.”
Saudaramu
Paus Benediktus XVI mempunyai saudara yang menjadi imam, mereka menjadi pewarta cintakasih Yesus. Di Regensburg, ia menegaskan, bahwa komunitas Kristiani, adalah persekutuan orang-orang yang mengasihi satu sama lain. Maka dalam bukunya, Ratzinger menguraikan panjang mengenai Matius 25: 31-46, yang menunjukkan betapa cintakasih menjadi tanda persahabatan para Murid Kristus. Dalam proses itu, kesalahan dan dosa tidak lenyap begitu saja; namun perlu dimohonkan ampun kepada Allah dan ditipiskan dalam hidup sosial sebaik mungkin. Itulah sebabnya pula, bahwa kesalahan-kesalahan atas penyelewengan memang dicoba diselesaikan oleh Paus Benediktus; namun penangannya juga dengan cintakasih. Ketika selesai masalah Regensburg, saat kata-katanya disalah-mengerti, Paus berkunjung ke Timur Tengah dan berjumpa dengan teman-temannya muslim.
Cintakasih
Menurut berita, kata-kata terakhir yang diucapkan Paus Benediktus XVI sebelum meninggal adalah: “Yesus, aku mencintai-Mu”. Sikap tersebut memang sesuai dengqan kenyataan di atas, bahwa buku Trilogi tentang Yesus memberi gambar jelas, bagaimana iman Ratzinger. Kita boleh mendoakan Almarhum: namun kita boleh mempercayakan dia kepada Roh Cintakasih. Hubungan antara Kardinal Ratzinger dan Kardinal Bergoglio, yang keduanya dipilih menjadi dua Paus berturutan, memperlihatkan, bahwa beliau berdua berusaha sungguh menjaga disiplin Gereja; namun juga melakukannya dengan cara penuh kasih. Oleh sebab itu, marilah kita mempercayakan Paus Benediktus XVI Almarhum untuk kemuliaan kekal karena pelayanannya yang penuh kasih dalam Gereja.
Romo B.S. Mardiatmadja, SJ