Hari ini kita memperingati 1 orang kudus yaitu St Yohanes Maria Vianey. Dia lahir di Dardily dekat kota Lyon – Perancis tahun 1786. Oleh kawan-kawannya dia dipandang remeh karena kelambanan dan kebodohannya. Dengan susah payah dia menyelesaikan pendidikannya.
Kehidupan rohani dan kesalehannyalah yang membuat uskupnya berani mentahbiskan dia sebagai imam pada usia 30 tahun. Lalu dia ditempatkan di paroki yang terpencil di Ars supaya tidak keliru-keliru dalam memberi nasihat.
Namun kesalehan dan kehidupan rohaninya yang luar biasa, banyak orang datang kepadanya dan mengaku dosa. Kadang kala dia melayani umat hingga 18 jam di ruang pengakuan. Beliau wafat tanggal 3 agustus 1859 dan dinyatakan sebagai santo oleh Paus Pius IX tahun 1925. Beliau diangkat sebagai pelindung pastor paroki.
Dalam Yeh 3: 16-21 dikisahkan: “Sesudah tujuh hari aku tinggal di sungai Kedar, datanglah firman TUHAN kepadaku: “Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.
Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati, dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan dia dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya darimu.
Jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu. Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati.
Karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya darimu. Jikalau engkau memperingatkan orang yang benar itu supaya ia jangan berbuat dosa dan memang tidak berbuat dosa, ia akan tetap hidup, sebab ia mau menerima peringatan, dan engkau telah menyelamatkan nyawamu.”
Matius dalam injilnya (Mat 16: 13-23) mewartakan: “Setelah tiba di daerah Kaisarea Filipi, Yesus bertanya kepada para murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”
Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Lalu Yesus melarang para murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada para murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, dikisahkan bahwa Yohanes Vianey disepelekan dan dianggap remeh oleh teman-temannya karena kelambanan dan kebodohannya. Dengan susah payah dia menyelesaikan sekolahnya, dan setelah ditahbiskan dia ditempatkan di paroki yang terpencil.
Yang kecil, hina dan tak berharga di mata dunia, teman-teman dan masyarakat, dipilih Tuhan untuk menggembalakan umat-Nya.
Kalau Tuhan menghendaki semua rintangan dan cemoohan, akan teratasi, dan buah-buahnya adalah ketenteraman, kesatuan dan keselamatan umat-Nya.
Dua, setelah Petrus menjawab: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, Yesus menegaskan: “Berbahagialah engkau Simon sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, tetapi Bapa-Ku yang di sorga”.
Mulut (manusia yang bernama) Simon “dipakai” Bapa Surgawi untuk menyatakan siapakah Yesus itu. Allah berkenan menggunakan apa yg ada pada manusia (mulut, tangan, kaki dan hati serta budi) untuk menghadirkan dan mewartakan Dia dan kehendak-Nya.
Maka, hendaknya kita dengan tulus dan ikhlas, memberikan apa yang ada pada kita sebagai sarana kebaikan dan keselamatan Allah kepada sesama. Amin.
Mgr Nico Adi MSC