Mgr Dominikus Saku: Kita dipanggil Tuhan untuk kembali ke sikap pelayanan

Komisi Keadilan, Perdamaian, Pastoral Migran dan Perantau Konferensi Waligereja Indonesia (KKP-PMP KWI) mengadakan pertemuan nasional di Yogyakarta, 25-28 Juli 2022. Acara bertema “Belas Kasih yang Berkeadilan dalam Membela Bumi dan Martabat Manusia” tersebut dihadiri para Ketua KKP-PMP Keuskupan seluruh Indonesia, JPIC kongregasi yang selama ini bekerjasama dengan KKP-PMP, dan para anggota Badan Pengurus KKP-PMP.

Dalam homili misa pembuka, Ketua KKP-PMP KWI Mgr Dominikus Saku menekankan semangat pelayanan dan kemartiran. Berikut ini adalah homili lengkap Mgr Dominikus Saku.

Para Romo sekalian, para Suster, Saudari dan Saudaraku peserta Pertemuan Nasional Komisi Keadilan, Perdamaian, Pastoral Migran Perantau KWI yang terkasih.

Kita semua menyimak sejak tahun 2019 lalu, dalam rangka merayakan ulang tahun ke-5 dokumen Laudato Si’, Bapa Suci Paus Fransiskus mengajak seluruh Gereja untuk merayakan Laudato Si’ itu selama 7 tahun, September 2020 sampai dengan September 2026. Pelaksanaannya kemudian tertuang lebih lanjut di 5 benua yang dikenal sebagai LSAP benua-benua.

Masalah yang diangkat untuk perayaan Laudato Si’ dilengkapi nanti dengan Fratelli Tutti dan dokumen-dokumen Ajaran Sosial Gereja yang lain, mengajak kita untuk merenungkan apa yang pantas kita lakukan di bumi ini supaya kemanusiaan kita sungguh terawat dan bumi kita sungguh terkelola sebagai rumah bersama untuk semua orang.

Menurut bacaan-bacaan suci hari ini, ada semangat yang salah yang kita katakan penyalahgunaan kekuasaan. Kedua rasul Tuhan yang tercinta datang kepada Tuhan untuk meminta supaya mereka bisa ditempatkan di sisi kiri dan kanan Tuhan. Tuhan memberi kepada mereka jawaban yang terbalik. Bukanlah posisi di kiri-kanan, bukan lagi kekuasaan, melainkan pelayanan. Dan Bapa Suci melalui gerakan LSAP mau mengajak kita untuk kembali menata sikap pelayanan kita supaya makin selaras dengan semangat pelayanan Tuhan kita Yesus Kristus. Dia yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan  bagi banyak orang.

Dunia kita mengalami revolusi per revolusi. Kita kenal revolusi pertanian, revolusi industri, revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sekarang revolusi medsos. Kita membayangkan untuk membawa dunia menjadi lebih baik. Ternyata semua kemajuan itu dalam refleksi yang kita lakukan hanya membawa krisis demi krisis. Kita dipanggil Tuhan untuk kembali ke sikap pelayanan. Dan sikap pelayanan yang Tuhan Yesus minta adalah berani mati bersama Dia. Supaya dengan demikian daya kematian itu menghidupkan dunia dan memulihkan kemanusiaan.

Kita semua mengetahui, rasul-rasul semuanya menjadi martir. Santo Yakobus Rasul yang dinamakan Yakobus Tua meninggal beberapa tahun setelah Yesus Kristus. Catatan sejarah mengatakan, dia meninggal (dibunuh dengan kepala dipenggal, Red) tahun 43 atau 44, persis sebagai uskup di Yerusalem, atas perintah dari Raja Agripa. Saudaranya, adiknya, Santo Yohanes juga kemudian menjadi tawanan sampai ke Roma. Disiksa terus menerus dengan beragam siksaan. Yang terakhir karena tidak pernah mati di dalam siksaan itu, dikirim sebagai tenaga kerja terbuang atau buangan di pertambangan mangan di Pulau Patmos. Di sana dia menggunakan kesempatan untuk mengajar para pekerja dan akhirnya membentuk komunitas yang percaya kepada Kristus dan rela memberi diri untuk keselamatan banyak orang.

Dan kita juga semua mengetahui nasib dari Santo Paulus. Dia yang meninggal di Roma dengan cara dirajam di luar kota Roma untuk keselamatan bangsa-bangsa. Mereka semua mengikuti Kristus, Tuhan yang mati. Dan kita sekarang di dalam merayakan dan menggerakkan Laudato Si’ Action Platform diminta oleh pimpinan Gereja kita untuk mengambil kembali semangat kemartiran ini.

Laudato Si’ menuntut kita untuk dalam banyak kadar ‘mati’ terhadap diri kita sendiri supaya kita mampu bersama Tuhan, bangkit untuk keselamatan dunia.

Saudari dan Saudaraku yang terkasih, kita akan merenungkan lebih jauh beberapa langkah yang akan kita tempuh untuk membantu Gereja Indonesia berlangkah lebih lanjut melaksanakan Laudato Si’  yang khas Gereja Katolik Indonesia. Kita juga diminta untuk berani masuk dalam dunia, mati, supaya bumi kita ditata menjadi lebih baik. Dan supaya masyarakat kita juga makin mendapatkan keadilan, kebenaran, dan kedamaian yang dituntut Tuhan. Kita memohon agar Tuhan mendampingi kita dalam pertemuan kita beberapa hari ke depan, supaya di bawah bimbingan rahmat dan Roh Tuhan sendiri, kita mampu untuk menemukan rahmat Tuhan yang tertanam di dalam kelemahan kita, supaya rahmat itu bekerja secara maksimal dan menghasilkan buah-buah berlimpah demi keselamatan dunia. Amin.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *