
HARI MINGGU PASKAH VII
29 Mei 2022
Bacaan I : Kis 7: 55-60
Bacaan II : Why 22: 12-14. 16-17. 20
Bacaan Injil : Yoh 17: 20-26
Stefanus yang menghayati iman dalam kesaksian sampai kesudahan
Siapakah Stefanus? Dia adalah seorang diakon yang paling menonjol di antara tujuh diakon yang dipilih oleh para Rasul pada awal-awal Gereja bertumbuh. Tugas seorang diakon terutama adalah pelayanan praktis (bahkan di luar pelayanan Firman), yaitu memastikan bahwa distribusi bantuan bagi para janda dan papa berjalan dengan baik, supaya para rasul lebih bisa memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman (Kis 6: 1-6). Tuhan berkenan pada totalitas Stefanus sehingga kepadanya Dia memberikan karunia dan kuasa untuk mengadakan tanda-tanda dan mukjizat di antara orang banyak.
Stefanus yang percaya pada Tuhan Yesus dan mendasarkan seluruh kesaksian hidupnya pada Yesus, membuat kaum Yahudi marah. Dia dihadapkan pada para Sanhedrin (semacam Mahkamah Agama) dengan dakwaan berat: menghujat Musa dan Allah, menghina Bait Suci dan Hukum Taurat. Dengan tenang dia menjawab dan menerangkan bagaimana posisi Yesus dalam ramalan para nabi Yahudi, dan itu semakin memicu kaum Sanhedrin dan sekelompok massa untuk membunuhnya dengan dirajam.
Mari memperhatikan apa yang menjadi cara hidup Stefanus. Ia sungguh mendasarkan semangat hidup Kristus dalam segala aspeknya. Imitatio Christi. Yang berarti peniruan pada semangat Kristus dalam aneka aspek hidup, khususnya dalam etika, moral, dan spiritualitas. Seperti Tuhan Yesus yang dihadapkan dan diadili oleh Mahkamah Agama Yahudi, Stefanus yang karena mengimani Yesus, dihadapkan pada pengadilan yang sama. Di depan mereka ia bersaksi, “Sungguh, aku melihat langit terbuka, dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah”. Ia tidak gentar diteriaki dan diseret ke luar kota untuk dilempari batu. Bahkan menjelang kematiannya, ia membisikkan doa, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku”. Serta doa, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka”.
Seperti Stefanus, Tuhan Yesus mendoakan kita para murid-Nya supaya memercayakan hidup kepada Allah yang akan terus memelihara. Yesus mendoakan kita supaya selalu bersatu dalam Dia dan Bapa-Nya. “… supaya mereka menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa, ada dalam Aku dan Aku di dalam Engkau”. Sebagaimana Stefanus yang menyatukan hidup matinya pada kehendak Allah, demikianlah kita, dalam hidup dan mati kita, kita berada dalam kehendak-Nya.
Romo Agus Suryana Gunadi, Pr