‘Laudato Si’ dan  Aksi Penyelamatan Bumi

Kesejahteraan umum adalah bagian integral dari perjuangan mewujudkan ekologi. Hal ini dirumuskan sebagai “Keseluruhan kondisi-kondisi hidup kemasyarakatan yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggota-anggota perorangan, untuk secara lebih mudah dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri” (hlm. 98, no. 157). Kesejahteraan umum ini membutuhkan kedamaian sosial, yakni stabilitas dan keamanan berdasarkan tata tertib tertentu, yang tidak dapat dicapai tanpa perhatian khusus pada keadilan distributif, yang pelanggarannya selalu menimbulkan kekerasan” (hlm. 98, no. 157).

“Ketika kita berpikir tentang situasi dunia yang kita tinggalkan untuk generasi mendatang, kita memasuki logika yang berbeda, yaitu bahwa dunia adalah anugerah cuma-cuma yang kita terima dan yang kita bagi bersama” (hlm. 99, no. 159). Inilah keadilan mendasar, karena bumi yang kita terima adalah juga milik mereka yang akan datang. Usaha mewujudkan ekologi dalam hal ini berarti berjuang untuk mewariskan planet yang layak huni kepada generasi mendatang (hlm. 100, no.160).

Gerakan ekologis mendesak

(Orientasi, aksi, dan pendidikan spiritual)

Menghadapi kerusakan lingkungan hidup dewasa ini, Bapa Suci mengemukakan beberapa hal yang perlu segera dikerjakan, berupa pedoman orientasi, aksi, dan pendidikan spiritual ekologis.

Hal pertama yang terpikirkan dan beliau ajukan adalah dialog tentang lingkungan hidup dalam  politik internasional. Gagasan bahwa bumi ini adalah rumah bersama umat manusia dalam kebersamaan dengan makhluk-makhluk ciptaan lain, manggarisbawahi bahwa ada interdependensi antar sekalian makhluk ciptaan itu, secara khusus antar umat manusia yang tercipta dengan memiliki kekhususan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Gagasan ini menyadarkan umat manusia bahwa dampak negatif dari gaya hidup, produksi, dan konsumsi, dan bahkan kebijakan-kebijakan lain terkait politik dan kehidupan sosial kemasyarakatan, menimpa semua orang, dan hal ini sekaligus mendorong manusia untuk memastikan perlunya solusi-solusi dalam perspektif global, dan bukan hanya melindungi kepentingan negara-negara tertentu. “Saling ketergantungan memaksa kita untuk berpikir tentang suatu dunia yang tunggal, sebuah proyek bersama” (hlm. 102, no. 164).

Harus diakui bahwa gerakan ekologi sedunia telah bergerak maju secara signifikan, diperkaya oleh upaya pelbagai organisasi masyarakat sipil, di lain pihak pertemuan-pertemuan puncak sedunia tidak selalu memenuhi harapan, karena kurangnya kemauan politik, untuk mencapai kesepakatan-kesepakatan global yang sungguh-sungguh bermakna dan efektif tentang lingkungan hidup (ada pelbagai KTT: Stockholm 1972, Rio de Janeiro 1992, Konvensi Wina, Protokol Montreal, dll.). “Dengan kata lain sangat dibutuhkan perjanjian-perjanjian internasional yang dapat ditegakkan, karena pemerintah-pemerintah lokal terlalu lemah untuk mengadakan intervensi secara efektif” (hlm. 107, n0. 173).

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *