‘Laudato Si’ dan  Aksi Penyelamatan Bumi

Melampaui matahari

Pada bagian terakhir dari ensikliknya, Bapa Suci mengajak kita untuk memasuki rahasia terdalam Allah, yang memiliki keindahan tanpa batas, dalam perjalanan persekutuan dengan sekalian makhluk menuju keabadian, rumah bersama di surga. Kehidupan kekal itu menjadi sebuah pengalaman kekaguman bersama, pada saat mana setiap makhluk yang telah berubah rupa dengan cemerlang, akan mengambil tempatnya dan memiliki sesuatu untuk dipersembahkan kepada kaum miskin yang telah dibebaskan untuk selama-lamanya.

Semoga perjuangan dan kepedulian kita untuk planet ini tidak pernah merampas sukacita pengharapan dari kita. Allah terus hadir bersama kita  dan menguatkan kita untuk meneruskan perjuangan demi kelestarian alam  menuju paripurnanya (hlm. 148, no. 245-246).

Beberapa kemungkinan aksi nyata di keuskupan-keuskupan

Pertama, karena masalah lingkungan hidup sangat kompleks, kait mengait dengan aneka dimensi kehidupan: ekonomi, politik, sosial, dan budaya, maka pembicaraan tentangnya perlu melibatkan banyak orang yang berkompeten di bidang-bidang ini dan bersama-sama mendiskusikan bagaimana caranya agar kebijakan-kebijakan di bidang ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan mengarah dan sungguh-sungguh mendukung upaya nyata penyelamatan lingkungan hidup yang muara akhirnya adalah kesejahteraan bersama masyarakat. Ini perlu dilaksanakan dalam kerjasama dengan banyak pihak yang berkemauan baik. Tidak mungkin dilakukan sendiri oleh Gereja.

Kedua, pada tatanan pendidikan dan hidup rohani, Gereja perlu mengupayakan agar pendidikan dan penghayatan hidup rohani terkait dengan upaya pelestarian alam yang kait mengait dengan pelbagai aspek kehidupan itu perlu dianjurkan agar dilaksanakan mulai  dari keluarga-keluarga (melalui komisi keluarga). Kemudian dilanjutkan di sekolah-sekolah Katolik di stasi-stasi atau lingkungan-lingkungan. Untuk itu perlu adanya buku-buku pegangan.

Ketiga, hal yang sangat praktis: para romo, biarawan-biarawati, harus berani menyuarakan warta kenabian terkait dengan  upaya pelestarian alam, perubahan mentalitas dan gaya hidup, lalu sendiri mempraktikkan hidup sederhana, siap turun ke lapangan untuk menanam pohon di lahan-lahan pastoran atau keuskupan yang masih kosong, ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan setempat, memilah sampah, serta memropagandakan hidup hemat dan sehat.

Keempat, di beberapa tempat, di pastoran, susteran dan keuskupan, sudah ada contoh-contoh pemanfaatan lahan, di antaranya untuk menanam sayur mayur organik dengan memanfaatkan sisa-sisa makanan dan mengolah sampah jadi pupuk.

Kelima, melalui media massa, sarana modern internet, hp, kita menyebarkan praktik-praktik dan upaya-upaya nyata serta contoh-contoh bagaimana mereduksi bahaya-bahaya meluasnya kerusakan alam. Kalau perlu mengekspos praktik-praktik ilegal penambangan emas, perambahan hutan, dan seterusnya.

Ini hanya beberapa kemungkinan. Dari ensiklik Bapa Suci banyak inspirasi bisa menjadi landasan untuk mewujudnyatakan gerakan pelestarian alam, perubahan mentalitas dan gaya hidup, praktik berpolitik dan berekonomi ekologis. Tuhan memberkati!

*Penulis adalah Uskup Keuskupan Sintang

 

 

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *