
Ketika malaikat berkata kepada dia bahwa Herodes ingin membunuh Sang Bayi Kudus dan untuk itu mereka diharuskan melarikan diri ke Mesir, ia menerima kejadian yang menyedihkan ini, dan mereka berangkat ke Mesir. (Matius 2:13-14). Meski ia merasa janji malaikat yang pernah ia dengar menjadi sebuah misteri yang makin sulit untuk dipahami, namun ia tetap mengambil tanggung jawab untuk melindungi Bayi Suci itu. Pelarian mereka ke Mesir dengan membawa seorang bayi, tentu bukan suatu hal yang mudah dan lagi mengingat usianya telah menjelang senja. Namun keheningan di dalam Allah memberi kekuatan baginya untuk menjalani kesulitan yang memang harus ia hadapi. Ia selalu percaya akan rahmat bantuan Allah yang jauh melampaui setiap kesulitan dan tantangan kehidupan.
Dalam perjalanan kehidupan di dunia ini, kesulitan, tantangan dan penderitaan adalah bagian dari kehidupan yang harus kita alami dan hadapi. Mungkin terkadang kita merasa Tuhan tidak berbuat apa-apa dan meninggalkan kita sendiri dalam situasi seperti itu. Sebenarnya Allah tidak pernah meninggalkan kita karena Ia sendiri pernah berfirman, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Matius 28:20). Dan bukankah Dia Sang Imannuel, Allah yang menyertai kita? Jadi mengapa kita merasa bahwa Tuhan meninggalkan kita? Hal ini disebabkan karena kita terlalu terfokus pada persoalan dan kesulitan yang kita hadapi. Kita membiarkan diri kita dikuasai oleh persoalan hidup sehingga kita tidak mampu mengalami kehadiran dan penyertaan Allah. Untuk itu kita harus hidup dalam keheningan. Keheningan yang menyadarkan kita bahwa Allah selalu ada untuk menemani kita, untuk memberikan kekuatan dan rahmat-Nya dalam menjalani setiap persoalan. Dan sesungguhnya ketika kita berada dalam keheningan Allah, peristiwa suka maupun duka bukan sesuatu yang perlu kita cari atau hindari karena memang suka dan duka adalah peristiwa hidup yang selalu datang dan pergi dalam kehidupan kita, namun penyertaan-Nya abadi selamanya.
Keheningan di dalam Allah selalu memberi kita sebuah harapan yang nyata meskipun saat ini belum terlihat. Ketika kita berada dalam keheningan Allah, hati kita menjadi terbuka kepada-Nya dan menjadi lebih damai serta lebih mampu menghadapi apa yang pada awalnya kita anggap sebagai situasi yang mustahil untuk dihadapi. Allah tidak pernah meninggalkan kita, tetapi Dia memberi kita kesempatan untuk menghadapi semuanya itu, sehingga kita berkembang dalam iman. Dia, yakni St. Yosep telah membuktikannya. Dalam keheningan Allah ia telah melaksanakan bagian tugas panggilannya dalam sejarah keselamatan Allah bagi umat manusia. Dan kita semua mempunyai tugas panggilan hidup masing-masing untuk kita jalani dalam ambil bagian di dalam sejarah keselamatan hidup kita sebagai manusia. Mari kita mengikuti teladan hidup St. Yosep dan memohon bantuan doa darinya.
*Penulis adalah Rahib-Imam Biara Mount St. Joseph- Irlandia.