Hari ini kita memperingati 2 orang kudus, Timoteus dan Titus.
Timoteus adalah rekan seperjalanan Paulus. Ia sangat rajin dan saleh serta bersemangat merasul. Ia disunat demi ketenteraman batin orang-orang Yahudi, karena ibunya bukan keturunan Yahudi. Dia diangkat menjadi Uskup Efesus.
Titus juga rekan seperjalanan Paulus yang berasal dari keluarga kafir di Antiokia. Ia bertobat dan menjadi orang yg aktif dalam pewartaan injil. Ia menemani Paulus dalam Konsili Yerusalem yang membahas Hukum Musa. Ia diangkat menjadi Uskup Kreta dan wafat di sana.
Dalam 2Tim 1: 1-8, Paulus menyapa Titus: “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau.
Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam.
Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku. Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.
Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.
Markus dalam injilnya (Mrk 4: 1-20) mewartakan: “Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: “Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat.” Dan kata-Nya: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
Ketika Ia sendirian, para pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. Jawab-Nya: “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun.”
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?
Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.
Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, Timoteus dan Titus adalah rekan-rekan seperjalanan Paulus dan mereka disebut “anak-anaknya”. Mereka telah setia menemani, ikut hadir dalam pelbagai peristiwa dan bahkan ada di ruang sidang, ketika ada konsili di Yerusalem. Semuanya itu merupakan bekal dan persiapan untuk jabatan tinggi sebagai uskup. Tuhan sering kali membekali/menyiapkan orang-orang-Nya melalui cara-cara yang demikian itu.
Semoga orang-orang yang dipilih untuk jabatan-jabatan penting, adalah orang-orang yang telah mengalami sendiri situasi umat/masyarakat, hadir dalam suka-duka mereka sehingga tahu mengarahkan/mengantarkan mereka ke jalan yang benar dan membahagiakan.
Dua, diwartakan Markus: “Yesus mengajar orang banyak di tepi danau”. Dia tidak terikat tempat (= kenyamanan/ada fasilitas lengkap) tetapi menggunakan apa yang ada. Yang paling penting adalah ajaran dan semangat yang ditanamkan kepada mereka, dimengerti dengan baik.
Hendaknya para pewarta lebih memilih bertemu banyak orang dan berani mengajar di tempat yang seadanya, daripada di tempat mewah atau lengkap namun yang hadir hanya segelintir orang. Amin.
Mgr Nico Adi MSC