Dalam Temu Pastoral (Tepas) Keuskupan Agung Semarang (KAS) 2022 bertema “Tinggal dalam Kristus dan Bergerak Mewujudkan ARDAS VIII di Tengah Pandemi Covid-19”, Uskup Agung KAS, Mgr Robertus Rubiyatmoko menandaskan 5 hal penting, 18 November 2021.
Pertama, mengembangkan semangat Gereja yang bersifat sinodal
“Sebagaimana Gereja universal itu sedang mengembangkan semangat Gereja yang bersifat sinodal, demikian juga saya mendorong dan mengajak Anda semua untuk mengembangkan semangat sinodal ini. Yakni bagaimana Gereja kita kembangkan secara bersama-sama dengan menghidupi apa yang tadi saya sampaikan yakni lungguh bareng, rembugan bareng, mutuske bareng, lan nandangi bareng. Lungguh bareng, rembugan bareng, mutuske bareng, lan nandangi bareng ini kita coba kembangkan mulai dari tingkat lingkungan, wilayah, stasi, paroki, kevikepan dan keuskupan. Apa yang kita buat sekarang ini adalah salah satu wujud nyata dari semangat sinodalitas ini. Tepas menjadi wujud nyata bagaimana kita lungguh bareng, rembugan bareng, mutuske bareng lan nandangi bareng-bareng dengan semangat gotong royong,” katanya.
Ia pun menyampaikan alasan tentang perlunya mengembangkan semangat sinodal. Menurutnya, Gereja merupakan tanggungjawab seluruh umat beriman (LG Bab 2 dan KHK Kanon 204-329). “Semua berbicara baik umat beriman, baik klerus (yang tertahbis), anggota hidup bakti (baik religius maupun sekular), dan awam itu sama-sama bertanggung jawab atas hidupnya Gereja ini. Di sana diungkapkan bahwa Gereja merupakan suatu communio yakni persekutuan umat beriman kristiani yang berkumpul di seputar Yesus Kristus,” katanya.
Semua anggota communio ini, sambungnya, mempunyai tanggung jawab yang satu dan sama dalam pembangunan jemaat. “Meski nanti pelaksanaannya sangat tergantung dari fungsi dan kedudukan masing-masing, entah sebagai klerus, mereka yang tertahbis seperti saya, atau anggota hidup bakti seperti para suster-bruder, atau awam seperti kebanyakan dari umat yang ada di KAS ini,” katanya.
Mgr Rubi bersyukur dan bangga karena KAS telah melibatkan semua pihak. “Keuskupan Agung Semarang selama ini sungguh-sungguh melibatkan semuanya. Bahkan awam-awam kita, kita semua sungguh-sungguh menjadi pribadi-pribadi yang sungguh terlibat untuk pengembangan Gereja. Ini salah satu yang membanggakan,” imbuhnya.
Hal itu, menurutnya, perlu dipupuk dan dikembangkan supaya KAS menjadi Gereja yang benar-benar semakin sinodal.
“Ini gambarannya sangat sederhana sekali. Ada hirarki, ada religius, ada aktivis-aktivis Gereja, ada pelayanan masyarakat, namun juga ada kelompok anak-anak sekolah, termasuk para mahasiswa. Semuanya ada di seputar Yesus Kristus yang kita lambangkan dalam ekaristi, yang menjadi sumber dan puncak kegiatan kita semua. Kalau Gereja bisa seperti ini terus menerus dan sungguh-sungguh saling menopang dan saling menolong, saling mengembangkan, maka Gereja akan sungguh-sungguh kuat dan solid sebagai Gereja Sinodal,” tegasnya.
Kedua, hadirnya 6 Unit Pengembangan Pastoral (UPP) mulai awal 2021
Menurutnya, UPP bertugas pertama-tama untuk memikirkan pengembangan KAS dalam bidang masing-masing. Ada 6 UPP yakni UPP Kemasyarakatan dan Advokasi, UPP Komunikasi, UPP Sosial, UPP Kaum Muda, UPP Pendidikan dan UPP Misi. “Harapannya keenam UPP ini bisa bekerja bersama memikirkan bersama-sama bagaimana pengembangan keuskupan ini secara bersama-sama pula. Saya sangat berharap bahwa keenamnya bisa mengadakan kegiatan-kegiatan secara bersama-sama sehingga bisa lebih efektif dan efisien untuk mencapai sasaran dan target kita,” ungkapnya.
Ketiga, pastoral berbasis data dalam bimbingan Roh Kudus
Menurut Mgr Rubi, bimbingan Roh Kudus menjadi penting karena justru Roh Kudus-lah yang menjadi kekuatan kita. “Roh Kudus yang selalu berkarya di tengah-tengah kita, melalui kita dan untuk kita, kadang-kadang tidak mudah dipahami, tiba-tiba terjadi saja. Inilah karya Roh yang sungguh-sungguh luar biasa,” katanya.
Dalam rangka pengembangan Gereja, lanjutnya, KAS telah mengembangkan sistem IT yang terintegrasi yang disebut ‘ECCLESIA’. Sistem itu meliputi data Umat (termasuk imam, bruder, suster, seminaris), sistem keuangan dan akuntansi paroki bahkan ke depannya kevikepan dan komisi.
“Karena itu berhadapan dengan soal ini, semua paroki dan kevikepan termasuk komisi nantinya wajib masuk dalam sistem ini, karena ini menjadi salah satu cara kerja kita, bagaimana kita me-manage secara bersama-sama melalui sistem ini,” katanya.
Dalam sistem tersebut, yang penting, menurutnya, masing-masing paroki mencoba untuk memanfaatkan dengan sebaik mungkin dengan input data dan update data, sekaligus memanfaatkan data-data yang ada untuk berbagai macam kepentingan seperti pengambilan kebijakan pastoral.
Mgr Rubi mengapresiasi pihak-pihak yang terlibat dalam menyiapkan data terintegrasi tersebut. “Saya sangat berterima kasih kepada tim IT Keuskupan Agung Semarang yang telah bekerja keras menyiapkannya dengan baik, dan juga pada tim data paroki yang juga bekerja luar biasa. Enam ribu orang yang terlibat. Sungguh sangat luar biasa. Dan ini baru terjadi di Keuskupan Agung Semarang, belum sampai terjadi di keuskupan-keuskupan lain seperti kita. Maka, pantaslah kita berbangga diri, namun juga sekaligus semakin meningkatkan semangat kita dalam hal ini,” katanya.
Keempat, menyikapi pandemi Covid-19
Menyikapi pandemi Covid-19, Mgr Rubi berharap, Gereja atau paroki-paroki tetap menjadi pelopor dan penggerak untuk kesehatan masyarakat. “Artinya berbagai macam kegiatan yang kita lakukan khususnya beribadatan dan pertemuan-pertemuan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Harapannya supaya jangan sampai Gereja menjadi sumber penularan. Sebaliknya, kegiatan tetap berjalan, namun toh tetap aman, dan semua sehat. Syukur kepada Tuhan sampai detik sekarang ini tercatat dengan baik bahwa gereja-gereja tidak pernah menjadi kluster untuk Covid. Ini salah satu berkat Tuhan, dan tentu saja karena kerja sama kita untuk mengupayakan protokol kesehatan yang ketat. Bahkan orang atau masyarakat menilai, Gereja Katolik itu terlalu ketat. Nggak papa dikatakan terlalu ketat yang penting kita semua memberi teladan, menjadi pelopor untuk kesehatan masyarakat. Namun, tentu saja jangan sampai menjadi momok kita untuk mengembangkan semangat berkomunio,” ungkapnya.
Terkait dengan penanganan dampak pandemi, Gereja melakukan 3 upaya pemulihan, yaitu mengembalikan semangat hidup menggereja, meningkatkan kesejahteraan sosial, dan pemulihan psikologis dan kesehatan fisik.
Dalam hal mengembalikan semangat hidup menggereja, Mgr Rubi menekankan cara memulihkan kembali semangat dan habitus perjumpaan yang akhir-akhir ini sangat rendah. “Ketakutan, kecemasan, namun juga kewaspadaan sangat mengitari kita, mempengaruhi, sehingga banyak yang takut untuk bertemu, takut untuk berkumpul. Kini kiranya sudah menjadi tekad kita bersama ketika pandemi mulai mereda kita berani untuk membuka diri, untuk berbagai macam kegiatan bersama,” katanya.
Mgr Rubi juga menyoroti pembinaan iman umat dengan memanfaatkan sarana media sosial atau teknologi dengan melibatkan orang muda. “Kita sudah menikmati betapa ini semua mempunyai manfaat yang sangat strategis, efektif dan efisien. Yakni menggunakan sarana teknologi untuk pewartaan, untuk pengajaran iman kita,” tuturnya. Mgr Rubi juga berharap supaya Gereja memberi perhatian kepada anak-anak, remaja dan OMK karena mereka adalah kelompok umat yang sangat besar yang selama ini kurang disentuh terkait dengan soal semangat hidup menggereja.
Terkait dengan kesejahteraan sosial, menurutnya, Gereja berupaya meningkatkan kemandirian ekonomi keluarga melalui program/gerakan pemberdayaan serta optimalisasi pemanfaatan dana sosial sejauh masih ada.
“Saya menekankan kemandirian ekonomi keluarga. Jadi, bagaimana kita bisa mengembangkan tingkat ekonomi keluarga ini, kemandirian ekonomi keluarga ini, melalui berbagai macam program dan pemberdayaan,” katanya. Di Kevikepan Semarang, ada upaya mempertemukan paroki-paroki desa dengan paroki-paroki kota. Paroki desa menjadi penyedia bahan (makanan), sementara paroki kota menjadi konsumennya.
“Jadi, kita bisa kerjasama membangun jembatan supaya ada pertemuan yang saling menguntungkan. Karena itu juga PSE atau UPP Sosial, telah mencoba merintis dibentuknya depo-depo di beberapa tempat yang harapannya bisa membantu keluarga-keluarga sederhana dalam meningkatkan tingkat ekonomi keluarganya,” imbuhnya.
Mengenai optimalisasi pemanfaatan dana sosial, Uskup berharap, jika memungkinkan ada penggalangan dana lagi. “Syukur-syukur ditingkatkan penggalangannya kembali untuk membantu saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan,” katanya.
Dalam hal pemulihan dampak psikologis dan kesehatan fisik, Mgr Rubi mengatakan perlunya meningkatkan layanan konseling dan kesehatan. “Saya sangat mendorong kalau sekarang ini, romo-romo paroki khususnya mulai membuka diri untuk konsultasi bagi umat yang membutuhkan. Karena ini semua menjadi kesempatan yang bagus sekali bagi umat untuk mendapatkan pencerahan, mendapatkan dukungan, mendapatkan solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi. Selalu taat dengan protokol kesehatan tanpa harus menjadi takut untuk bertemu dengan umat,” imbuhnya.
Kelima, menghadapi Pemilu 2024
Agenda politik tahun 2024 adalah Pemilu serentak untuk pemilihan presiden dan legislatif. Mgr Rubi berharap, umat mendukung orang yang berpotensi menjadi anggota legislatif. “Harapan kita, umat yang berpotensi untuk menjadi legislatif kita dorong untuk masuk dalam kontestasi pileg 2024 ini. Dalam arti mereka-mereka yang sungguh-sungguh mempunyai kesempatan, mempunyai niat, dan mempunyai kompetensi kita dorong supaya akhirnya ada orang-orang Katolik yang duduk di legislatif sehingga kita bisa menentukan kebijakan publik. Karena dengan cara inilah kita bisa mempengaruhi masyarakat dan akhirnya bisa juga menaruh atau menempatkan visi-misi kita, visi-misi Gereja untuk pengembangan masyarakat,” katanya.
Namun, berkaca dari pemilu sebelumnya, Mgr Rubi melihat banyak suara yang sia-sia karena umat tidak bersinergi dan tidak memberi dukungan secara fokus. “Banyak suara yang muspra, karena tidak ada yang mau bersinergi untuk memfokuskan pada beberapa orang saja, maka baik, sedini mungkin kita melakukan koordinasi dan rembug bareng antar caleg Katolik untuk bersama-sama memfokuskan dukungan pada calon yang sungguh-sungguh potensial untuk mendapatkan kursi. Lagi-lagi yang kita pikirkan adalah kepentingan Gereja secara keseluruhan, demi misi Gereja, bukan demi misi pribadi-pribadi. Maka, sungguh sangat diharapkan nanti para caleg ini mempunyai keterbukaan hati untuk menyatukan tekad bersama, ngegolke beberapa orang saja yang sungguh-sungguh potensial dan bisa kita harapkan,” katanya.
Mgr Rubi pun berharap supaya UPP Kemasyarakatan dan Advokasi dan PK3 secara aktif mengedukasi umat agar lebih paham politik sehingga dapat memilih dengan tepat, khususnya orang muda. Ia berharap supaya lembaga tersebut mendampingi orang-orang muda yang menjadi pemilih baru supaya mereka sungguh-sungguh menentukan pilihan yang tepat untuk kepentingan bangsa dan Gereja.