Hari ini kita memperingati arwah semua orang beriman.
Setelah perayaan semua orang kudus yang telah berbahagia bersama Allah di surga, pada hari ini kita diajak untuk mengenang dan mendoakan saudara-saudari kita yang telah meninggal namun masih berjuang di Api Penyucian. Bahkan seluruh Bulan November ini kita khususkan untuk berdoa dan berkorban memohon kerahiman Allah atas mereka.
Sebagai orang Katolik, kita percaya bahwa baik kita yang masih hidup di dunia ini maupun yang telah meninggal dan yang sedang berjuang di Api Penyucian serta para kudus yang telah berbahagia di surga tetap terikat dalam satu persekutuan Gereja vang disatukan oleh Kristus sendiri.
Doa dan permohonan bagi mereka yang telah meninggal dapat membantu meringankan segala hambatan dan noda dosa yang merintangi mereka untuk menikmati kebahagiaan kekal bersama Allah di surga. Peringatan arwah semua orang beriman ini juga memberi penghiburan rohani bagi kita, bahwa kelak kita akan berjumpa kembali dengan saudara-saudari yang telah mendahului kita, bersama Bunda Maria memuji dan memuliakan Allah dalam persekutuan semua orang kudus.
Kitab 2Mak 12: 43-46 menyatakan: “Setelah menguburkan tentara yang gugur, Yudas Makabe, panglima tentara Israel, menyuruh bangsa itu mengumpulkan uang. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan.
Jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh.
Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.
Paulus (1Kor 15: 20-24a. 25-28) menegaskan bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa.
Yesus harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya.
Kalau dikatakan, bahwa “segala sesuatu telah ditaklukkan”, teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya.
Dan kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, Dia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
Yohanes dalam injilnya (Yoh 6: 37-40) mewartakan sabda Yesus: “Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu, dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang.
Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, kita percaya bahwa kita yang masih hidup, mereka yang di api penyucian, dan para kudus, tetap dalam ikatan persekutuan dengan Gereja yang disatukan oleh Kristus sendiri. Dengan kata lain, hidup kita sebagai orang beriman dijamin oleh Kristus. Marilah kita berusaha untuk hidup yang berkenan kepada Allah dan sesama agar jaminan itu tetap menjadi milik kita.
Dua, Yesus bersabda: “Inilah kehendak BapaKu: a) setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan b) Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Kehendak Bapa sudah sedemikian jelas, dan boleh disampaikan kepada kita, dengan menggunakan bahasa kita sendiri, supaya kita tidak bingung/tidak ragu-ragu. Kalau begitu, hendaknya kita berusaha agar orang lain tidak bingung/tidak ragu-ragu untuk percaya kepada Allah – Sang Sumber Kehidupan Abadi, akibat kata-kata atau perbuatan kita yang salah. Amin.
Mgr Nico Adi MSC