
Hari ini sebagai anak bangsa dan warga negara RepubIik Indonesia, kita memperingati hari ulang tahun kemerdekaan negara kita ke-76. Kita berterima kasih kepada para pahlawan bangsa yang telah merebut dan mempertahankan kemerdekaan itu. Kita juga berterima kasih kepada penerus-penerus dan pembangun bangsa/negara dengan andil mereka di pelbagai bidang kehidupan. Dirhagayu negeri kita tercinta.
Dalam Sir 10: 1-8 ditegaskan: “Pemerintahan yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur. Seperti penguasa bangsa demikian pun para pegawainya, dan seperti pemerintah kota demikian pula semua penduduknya.
Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya.
Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seorang manusia, dan kepada para pejabat dikaruniakan oleh-Nya martabatnya. Hendaklah engkau tidak pernah menaruh benci kepada sesamamu apapun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun oleh manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan dan uang.
Santo Petrus dalam 1Ptr 2: 13-17 menegaskan: Saudara-saudaraku, demi Allah, tunduklah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.
Inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Matius dalam injilnya 22: 15-21 mewartakan: “Pada waktu itu, orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”
Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.
Maka Ia bertanya: “Gambar dan tulisan siapakah ini?” Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”
Hikmah yang dapat kita petik:
Satu, kemerdekaan telah direbut, dan kita semua telah menikmati hasil kerja keras dan pengorbanan mereka. Mereka telah andil, kini giliran kita atau Saudara untuk ambil bagian bagi bangsa dan negara. Apa andil kita dan Saudara: mengajarkan dan melakukan: kejujuran, keadilan, pengertian, toleransi, patuh dan mengamalkan Pancasila yang menjadi dasar negara, dengan setia, serta patuh kepada pemerintah yang sah.
Dua, tindakan orang memberikan kepada kaisar (pemerintah) dan kepada Allah apa yang menjadi hak masing-masing, sesungguhnya tindakan itu merupakan simbol bahwa orang itu mengakui bahwa ada pemerintahan yang sah dan ada Tuhan yang bekerja dalam kehidupannya. Keduanya tidak bertentangan. Orang yang mengakui Tuhan namun tidak peduli akan Dia, bisa disebut dia bertuhan. Mungkin sekali, Tuhan tidak berpangaruh padanya.
Orang yang mengakui Allah dan apa yang dia alami adalah anugerah-Nya dan buah perjuangannya bersama Dia, disebut orang beriman. Baginya, Allah adalah Allah yang hidup.
Tiga, tantangan besar bagi orang-orang zaman now, adalah banjirnya suguhan hiburan dan kepuasan lahirian/pikiran, dan tuntutan dunia kerja: cepat, banyak, rapih, murah, menarik, enak, mudah didapat, dan diantar sampai di rumah. Waktu mereka habis untuk kerja. Manusia menjadi korban target yang makin besar, pikiran, perasaan dan tenaga terkuras tiap hari lantas sudah capek. Maunya yang ringan-ringan dan mudah dicerna, sehingga tidak punya waktu lagi untuk bertenang diri, memahami dirinya, tujuan hidupnya dan Pribadi yang menuntun kehidupan ini”. Mereka menjadi asing bagi dirinya, keluarga dan sesamanya.
Semoga kita setelah mendapat inspirasi dari Sabda Allah dan renugan harian hari ini, menyadari hal itu, dan bisa keluar dari lingkaran setan yang menjepit kehidupan kita itu. Amin.
Mgr Nico Adi MSC