HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS
30 Mei 2021
Bacaan I : Ul 4: 32-34. 39-40
Bacaan II : Rom 8: 14-17
Bacaan Injil : Mat 28: 16-20
Saya merasa bersyukur bahwa boleh mengalami kehadiran bapak saya selama 39 tahun. Menghitung hari sepanjang 39 tahun adalah waktu yang berlimpah untuk merasakan cinta ayah pada anak. Mengingat kembali perjalanan ayah dan saya adalah menyenangkan. Kami anak-anak dididik dengan sangat disiplin. Kadang-kadang kami mendapat ‘hajaran’ yang meninggalkan bilur di badan. Ketika bapak gajian, beliau pulang kantor membawa belanjaan yang lebih istimewa dari biasanya untuk dimakan bersama. Bapak juga sangat mendesak supaya kami mempraktekkan iman kami dengan doa dan datang ke gereja. Ketika ada tamasya rombongan sekolah di mana bapak mengajar, kami diikutsertakan. Itu semua dan banyak hal lain menyatakan cinta dan kedekatan bapak pada kami. Ketika saya mengalami masalah, apapun itu, paling nyaman adalah cerita pada bapak. (Maklum ibu sudah wafat ketika saya umur 4 tahun). Pada momen-momen seperti itu, bapak saya alami sebagai sahabat yang hangat. Beliau sekarang sudah tidak bersama kami secara fisik. Namun senyumnya, pesannya, kerinduannya pada anak-anak, tetap kami hidupi dalam keseharian.
Pengalaman personal saya dengan bapak saya, mungkin bisa mengantarkan kita pada pemahaman umat Israel akan Allah sebagai bapak, Yesus sebagai sahabat, dan Roh Kudus sebagai penghibur dan terang. Pengalaman Allah Tritunggal ini bukanlah berhenti pada rumusan dan definisi. Bahkan itu tidak dinyatakan dalam Kitab Suci secara eksplisit. Namun jelas bahwa umat Israel mengalami Allah sebagai seorang bapa yang dekat. “Atau pernahkah suatu allah mencoba datang untuk mengambil baginya suatu bangsa dari tengah-tengah bangsa lain, dengan cobaan-cobaan, tanda-tanda, serta mukjizat-mukjizat dan peperangan, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung dan dengan kedahsyatan-kedahsyatan yang besar, seperti yang dilakukan Tuhan, Allahmu, bagimu di Mesir, di depan matamu?” (Ul 4: 34). Kutipan di atas menyatakan dengan gamblang bahwa Allah adalah bapa.
Kehadiran Yesus di tengah para murid sangat jelas menjadi sahabat bagi mereka. Bahkan ketika kita berdoa dengan pengantaraan Yesus Kristus, dalam benak kita membayangkan sosok sahabat yang baik. Dan bahkan tanpa sadar, kita memanggil Dia tanpa embel-embel predikat: sebut ‘Yesus’ begitu saja. Itulah Putera Allah dalam rumusan Allah Tritunggal. Dia adalah Allah Esa yang menjelma menjadi manusia. Dan Roma 8 menyatakan: “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba ya Bapa’. Dinyatakan bahwa Roh Kudus memimpin kita dalam kehidupan. Roh Kudus itulah Roh Allah yang menjadikan kita anak-anak Allah.
Pengalaman umat beriman akan Allah yang Esa yang dialami sebagai bapa, sahabat, dan roh, melahirkan keyakinan akan Allah Tritunggal. Marilah dengan penuh syukur kita menghayati Allah yang begitu dekat dan menyertai.
Romo Agus Gunadi, Pr