Kamis, 25 Desember 2025
Hari Raya Natal
Bacaan I : Yes. 62:11-12
Bacaan II : Tit. 3:4-7
Bacaan Injil : Luk. 2:15-20
Allah Hadir Menyelamatkan Keluarga
Selamat Natal! Sang Imanuel telah lahir ke dunia. Apa makna natal bagi Anda saat ini? Pada perayaan Natal tahun 2025 saat ini, kita semua diajak untuk merenungkan tema: ”Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga” (Bdk. Matius 1:21-24). Kristus Sang Imanuel lahir dalam keluarga kudus Nazaret. Dia memberikan pengharapan kepada setiap orang. Orang Jawa: Yesus itu Sang Timur. Dengan merayakan Natal, kelahiran Yesus Sang Timur, kita merayakan keselamatan kita dari kegelapan dan dosa. Bayi di palungan adalah senyum Allah kepada kita, pengharapan bagi dunia, suatu tanda bahwa Allah beserta kita. Kita pantas bersyukur, karena Tuhan selalu hadir, menyertai dan dekat dengan kita.
Ada tiga data penting dari kisah mengenai kelahiran Yesus. Pertama, berdasarkan pemberitaan malaikat kepada para gembala (Luk 2:10-12) yang kemudian disampaikan juga oleh para gembala kepada Maria dan Yusuf (Luk 2:17), Sang Bayi itu adalah Juruselamat atau Penyelamat dunia. Kedua, Sang Bayi Penyelamat dunia itu dilahirkan di kota Daud, yakni Betlehem (Luk 2:4). Dan ketiga, setelah dilahirkan, Sang Bayi itu dibaringkan di palungan (Luk 2:6.12.16).
Apa makna ketiga data tersebut? Yang pertama jelas berbicara mengenai pokok iman kita bahwa Yesus Kristus adalah penyelamat kita. Dialah Sang Firman yang telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Kita diselamatkan oleh Allah. Hal ini terjadi bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, melainkan karena rahmat-Nya. Keselamatan bukanlah upah tetapi anugerah. Anugerah keselamatan itu dilimpahkan kepada kita melalui Yesus Kristus yang kita imani melalui pembaptisan. Dialah yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan kita.
Yesus Kristus menyelamatkan kita dengan mengorbankan diri-Nya di kayu salib. Inilah yang setiap saat selalu kita kenangkan dalam Perayaan Ekaristi. Nah, dalam Perayaan Ekaristi itulah kita makan Tubuh Kristus, yakni rezeki surgawi yang menjadi jaminan keselamatan kita. Lalu, apa hubungannya dengan kisah kelahiran Yesus di Betlehem (data kedua) dan palungan tempat Ia dibaringkan (data ketiga)? Kata “Betlehem” yang bahasa Ibraninya adalah Bet léḥem berarti “Rumah Roti”. Maka, kalau Yesus dilahirkan di Betlehem, yang berarti Rumah Roti, hal ini berkaitan dengan pribadi Yesus sebagai Roti Hidup (Yoh 6:25-59).
Yesus, Sang Roti Hidup itu, setelah dilahirkan di Rumah Roti (Betlehem) kemudian dibaringkan di atas palungan, yaitu tempat yang biasa dipakai untuk meletakkan makanan ternak. Maka, kalau Yesus dibaringkan di palungan, seolah-olah Ia dijadikan sebagai makanan ternak. Ya memang, begitulah yang terjadi: Yesus menjadikan diri-Nya sebagai Roti Hidup untuk menjadi santapan bagi kita, domba-domba-Nya. Inilah yang kita rayakan dalam setiap Ekaristi, di mana Yesus menjadi Roti Hidup dan kemudian kita santap dalam komuni suci.
Di sini kita menemukan padanan yang indah: Betlehem yang berarti Rumah Roti sepadan dengan Perayaan Ekaristi, dan palungan tempat Yesus dibaringkan sepadan dengan altar di mana Roti Hidup disajikan. Dengan demikian, ajakan untuk pergi ke Betlehem merupakan ajakan untuk merayakan Ekaristi dengan lebih tekun dan setia. Sebab, dalam setiap Ekaristi itulah, Yesus hadir dan menyerahkan diri-Nya sebagai Roti Hidup untuk menjadi santapan bagi kita.
Warta sukacita Natal mengajak kita untuk berani merayakan Ekaristi di tengah pandemi ini. Jika Anda sehat dan memenuhi syarat datang misa ke gereja, kenapa ogah dan enggan misa di gereja. Jangan asyik dengan misa online yaaa, gaes… Dalam Ekaristi itulah kita akan berjumpa dengan Yesus, Sang Roti hidup yang menjadi santapan bagi kita. Kita bisa menyantap Tubuh Kristus secara langsung.
Pada Hari Raya Natal ini, saya ingin mengutip kata-kata indah Ibu Teresa dari Kalkuta-India, “Setiap kali kita tersenyum kepada seseorang dan berbaik hati kepadanya, kita merayakan Natal. Setiap kali kita memberikan pengharapan kepada seseorang yang putus asa, kita merayakan Natal. Setiap kali kita memberikan kesempatan Yesus lahir kembali dengan membahagiakan orang lain, kita merayakan Natal.”
Semoga damai Natal sungguh meraja dalam keluarga kita, komunitas kita dan merasuk-menancap dalam hati kita. Dan pada gilirannya kita sungguh-sungguh meyakini bahwa Tuhan Yesus adalah Sang Imanuel, Allah beserta kita, yang hadir menyelamatkan keluarga kita. Sekali lagi, selamat Natal!#
Yohanes Gunawan, Pr
Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya,
Jangli – Semarang
