Dalam kunjungan ke Keuskupan Padang dalam rangka animasi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia bekerjasama dengan Komisi HAK Padang, Timin disambut salah satu peserta animasi. Namanya Pak Manurung. Dari namanya tampak bahwa Beliau adalah orang Batak (Toba).
“Selamat datang Pastor. Pastor pastor apa?” Pertanyaan itu kian menegaskan bahwa Beliau adalah orang Batak Toba. Pertanyaan “Pastor pastor apa?” Itu sangat khas Toba. Bagi yang tidak paham, pasti dikira bahwa Bapak itu bertanya tentang Ordo atau Kongregasi apa seorang Pastor. Dengan paham seperti itu, dengan mudah yang bersangkutan yang tidak paham akan langsung menjawab: Oh saya Pastor Projo atau Diosesan. Atau dijawab: Oh saya Jesuit, Fransiskan, Xaverine, dan seterusnya.
Semua jawaban itu salah! Sebab pertanyaan: Pastor pastor apa? Itu berarti pertanyaan tentang siapa namamu? “What is your name?” Salam ungkapan Toba: Apa namamu? Lalu diungkapkan dengan kalimat: Pastor pastor apa? So, atas pertanyaan itu, Timin menjawab: Nama saya Romo Timin!
Mengingat bahwa Pak Manurung berasal dari Toba, maka, Timin menyapa dalam bahasa Toba: Horas Amang! Mauliate Godang! Yang artinya: Salam Bapak! Terima Kasih! Pak Manurung: Horas ma Pastor! O, mar Ada Tina do? Timin: Sautik! Opat tahun aku di Sinaksak! Songoni ma sautik sautik marbasa Toba! (Empat tahun saya di Sinaksak! Makanya, bisa sedikit berbahasa Toba!).
Mendengar bahwa Timin pernah di Sinaksak, tiba-tiba seorang Ibu yang juga orang Toba bilang, “Oh jadi Romo ini pernah mau jadi Pastor ya….!” Kesimpulan itu muncul dalam diri Ibu itu dari pernyataan Timin yang mengaku pernah di Sinaksak. Bagi Ibu itu, kalimat itu bermakna bahwa Timin pernah belajar sebagai calon pastor di Sinaksak. Makanya dia bilang: Oh, romo pernah jadi calon Pastor ya! Hehehehe…
Dalam hati Timin juga bingung. Masak romo calon pastor hahaha. Ya, sebab di Medan tak ada romo. Yang ada Pastor! Maka jangan heran kalau ada Romo ditanya: Romo sudah Pastor belum?
(Timin)
