Renungan Harian 23 November 2025

Minggu Biasa XXXIV

Minggu, 23 November 2025

Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam dan Hari Orang Muda Sedunia

Bacaan I          : 2Sam. 5:1-3

Bacaan II        : Kol. 1:12-20

Bacaan Injil     : Luk. 23:35-43

Kasih Allah yang Luar Biasa

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Hari Raya ini ditetapkan pertama kali oleh Paus Pius XI pada tahun 1925. Ajaran Paus dikeluarkan untuk menanggapi munculnya gejala materialisme, atheisme, sekularisme. Intinya, Sri Paus mengajak seluruh umat Kristiani untuk menempatkan Kristus di dalam hidup masing-masing sebagai Raja Semesta Alam.

Arus sekularisme cenderung menganggap Allah tidak ada. Kristus sebagai Raja Semesta Alam, berarti pula merajai manusia sebagai individu, keluarga, komunitas, pemerintah dan bangsa-bangsa. Ensiklik ini dikeluarkan ketika penghormatan terhadap Ekaristi, terhadap Kristus dan Gereja sedang lemah. Dengan ditetapkan sebagai Hari Raya, berarti pemuliaan Kristus Raja Semesta Alam senantiasa relevan dan untuk itu dikehendaki agar dilaksanakan secara tetap sepanjang masa.

Ketika merenungkan sabda Tuhan pada hari ini, saya teringat sebuah kisah tentang apa bedanya Raja Kristus dengan Raja Perampok? Di suatu tempat, ada seorang perampok yang mempunyai isteri sedang hamil. Ketika sudah dirasakan waktu melahirkan tiba, sang isteri meminta suaminya untuk menemaninya dalam proses kelahiran anak mereka di rumah sakit. Proses kelahiran berlangsung lancar. Anaknya turas, metu waras. Sang perampok begitu senang karena bayinya sehat dan ganteng.

Singkat cerita, sang ibu dan bayinya sudah dinyatakan boleh pulang ke rumah. Betapa senangnya sang Perampok dan isterinya itu. Maka, segera saja sang Perampok itu mengambil bayinya sendiri. Rupanya ia keliru mengambil bayi. Yang diambil bukan bayinya, tetapi bayi orang lain. Isterinya tahu kalau yang dibawa bukan bayinya, tetapi suaminya tidak menggubrisnya.

”Mas, itu bukan bayi kita. Bayi kita lebih besar dan jenis kelaminnya cowok. Itu bayi cewek, Mas,” kata isterinya ketika meninggalkan rumah sakit. Jawab suaminya, ”Husss, diam kamu, Dhik. Tidak masalah ini bayi kita atau bukan. Yang penting di tangannya ada gelang emas yang sangat mahal harganya.” Begitu kisahnya.

Seorang raja itu harus mempunyai orientasi hidup. Raja Perampok itu mempunyai orientasi hidup. Orientasi hidupnya bagaimana bisa mendapatkan sesuatu yang dibutuhkannya dengan menghalalkan segala cara. Ia tidak mempedulikan atau tidak menggubris apakah tindakannya itu benar atau salah, baik atau tidak. Yang penting dia untung dan mendapatkan sesuatu yang berharga. Sampai mata hatinya tumpul akan sosok seorang bayi yang merupakan buah hatinya sendiri. Barang rampasan atau curian jauh lebih berharga dan diutamakan daripada anaknya sendiri.

Yesus Kristus Raja Semesta Alam juga mempunyai orientasi hidup. Orientasi hidup-Nya bagaimana membuat sebanyak mungkin orang mengalami dan menikmati keselamatan. Bahkan Ia rela berkurban dan mengurbankan diri-Nya bagi keselamatan orang lain.

Ia sadar betul bahwa tindakannya itu baik dan berkenan pada kehendak Allah Bapa. Bahkan, sampai Ia rela menderita, dicemooh, diolok-olok, dan wafat di salib.

Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam ini merupakan kesimpulan peziarahan kita membangun gambaran mengenai Allah. Gambaran Allah itu kita temukan dalam bacaan-bacaan minggu ini: Allah yang menggembalakan dan menyertai perjalanan umat-Nya (bacaan 1), Allah yang mengalahkan kematian demi keselamatan umat-Nya (bacaan 2), Allah yang peduli pada umat-Nya lewat wafat Yesus di salib (bacaan Injil). Singkatnya, Allah itu Allah yang Mahakasih dan yang mencintai kita umat-Nya.

Allah datang pada kita lewat kehadiran sesama yang membutuhkan uluran tangan kita. Pada saatnya nanti Allah akan memisahkan orang baik dari orang jahat pada akhir zaman. Pertanyaan refleksinya: Apa yang menjadi orientasi hidup kita di dunia ini? Apa yang bisa kita lakukan untuk menanggapi kasih Allah yang luar biasa itu?#

Yohanes Gunawan, Pr

Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya,

Jangli – Semarang

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *