Anak-anak tampak sangat antusias dan gembira memperagakan gerakan-gerakan tari kolosal “Nggusah Emprit” (Mengusir Burung Pipit) di Lapangan Desa Canan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, 18 Oktober 2025. Tarian kolosal itu melibatkan semua umur, dari anak-anak hingga orang dewasa. Ada yang berperan menjadi burung pipit. Ada yang berperan menjadi tikus. Ada yang menjadi orang-orangan sawah. Ada yang menjadi petani. Dalam salah satu adegannya, burung-burung pipit diusir dengan alat pengusir burung yang terbuat dari bambu, biasa disebut geprak. Demikian halnya dengan tikus. Mereka menari-nari seirama dengan iringan gamelan dengan nyanyian berlirik bahasa Jawa. Di tengah acara disuguhkan obrolan para punakawan tentang perlunya menjaga alam supaya bisa menghasilkan panenan yang baik.
Tarian ini menggambarkan perjuangan para petani supaya bisa mendapat panenan yang melimpah. Segala usaha untuk mendukung pertanian dilakukan. Namun, burung-burung dan tikus-tikus berdatangan untuk mencuri hasil tani itu. Namun dengan segala kerja keras, para petani bisa mengusir mereka dan mendapatkan hasil panenan yang baik. Tarian itu diperagakan 100 lebih penari yang berasal dari berbagai lingkungan teritori.
Terkait tarian kolosal itu, Romo Paroki Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi, Romo Basilius Edy Wiyanto, Pr mengatakan, petani selama ini memiliki tantangan seperti adanya burung dan tikus yang menjadi hama. Namun, “hama” zaman sekarang semakin banyak. Itu bisa berwujud misalnya sistem yang tidak menguntungkan petani maupun kerusakan alam.
Tampilan tarian kolosal itu adalah puncak acara Festival Ketahanan dan Solidaritas Pangan. Ketua panitia festival, Thomas Tamtama menyampaikan, selain untuk merayakan hari pangan sedunia, acara tersebut terinspirasi dari semangat Ambyur Mbangun Sedulur Program Garapan Paroki Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi tahun 2025 yang bersinergi dengan Pemerintah Kecamatan Wedi. “Dalam hal ini, panitia terinspirasi bahwa kita patut bersyukur kepada Tuhan atas anugerah yang telah diberikan kepada kita utamanya kita sudah diberikan berkat, rejeki bahan pangan yang sudah kita rasakan, yang sudah kita santap setiap hari, dan juga kita bersyukur atas kehidupan yang berkecukupan, berkehidupan yang nyaman, berkehidupan yang limpah, sehingga sampai dengan saat ini, kita dapat bersatu dengan sukacita untuk merayakan hari pangan sedunia pada malam hari ini,” katanya.
Selain itu, menurutnya, panitia juga hendak mengungkapkan empati, bela rasa kepada para petani yang pada saat ini dalam kondisi yang kurang menguntungkan karena adanya berbagai hama sehingga terjadi gagal panen atau panen yang tidak maksimal.
Acara Festival Ketahanan dan Solidaritas Pangan diisi berbagai kegiatan. Sabtu, 18 Oktober 2025 pagi dilakukan pembagian solidaritas pangan pada 300 kepala keluarga yang sangat membutuhkan. Setelah itu diadakan ekspo UMKM dari seluruh desa di Kecamatan Wedi, termasuk UMKM WKRI, Paguyuban Petani Ngudi Makmur dan juga UMKM Paroki Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi, yang jumlahnya sekitar 43 UMKM. Selama ekspo, panitia mempersembahkan aneka tampilan seni dari Paguyuban Sodakoh Seni se-Kabupaten Klaten.

Selain aneka selebrasi, panitia juga menggelar Talkshow untuk mendengarkan masukan dan pertimbangan dari berbagai narasumber dan petani-petani yang berada di Kecamatan Wedi yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Pemuda Tani di 19 desa di Kecamatan Wedi serta Paguyuban Petani Ngudi Makmur. Panitia menghadirkan 3 narasumber: Tri Pratama dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Klaten, Fidelis Priyo Djatmiko dari PT Agri Kencana, dan Titik Eka Sasanti, Direktur Yayasan Gita Pertiwi.
Fidelis Priyo Djatmiko menilai lahan pertanian saat ini banyak yang rusak karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Sedangkan Titik Sasanti prihatin akan makanan yang banyak terbuang. “Itulah fenomena sekarang yang kita temukan, bahwa kebiasaan untuk tidak menghabiskan makanan, boros pangan itu sudah jadi budaya kita,” katanya.
Wakil Bupati Klaten H. Benny Indra Ardhianto, S.E., M.B.A berkenan hadir dan mengapresiasi acara yang dihadiri masyarakat sekitar Wedi. “Kami mengapresiasi kegiatan pada malam hari ini yang merupakan kegiatan yang pertama kali dilaksanakan dan bisa sukses nggih, terlihat dari antusiasme dari warga masyarakat Kecamatan Wedi,” kata Benny. Menurutnya, Hari Pangan Sedunia menjadi momentum untuk bersama-sama menyejahterakan petani.
Ia pun berharap, Kabupaten Klaten bisa berdikari, berswasembada pangan, dan bisa memenuhi kebutuhan pangannya karena Kabupaten Klaten menjadi salah satu penopang swasembada pangan di Jawa Tengah.
