Ulang Tahun ke-87, Paroki Baturetno Bertransformasi Menuju Indonesia Maju

Serambi Gereja Santo Yusup Baturetno, Wonogiri tampak meriah malam itu, 15 Oktober 2025. Tokoh lintas agama meliputi FKUB Kabupaten Wonogiri, perwakilan pengurus NU, LDII, Pendeta Gereja Kristen Jawa, Pendeta Kristen Pentakosta berkumpul bersama untuk berefleksi dan bersyukur atas Gereja Santo Yusup, Paroki Baturetno yang berulang tahun ke-87. Wajah-wajah umat tampak diliputi kegembiraan merayakan ulang tahun gereja tercintanya. Pada kali ini, panitia mengusung tema refleksi “Paroki Baturetno Bertransformasi Menuju Indonesia Maju”.

Pastor Paroki Baturetno, Romo Eduardus Didik Chahyono SJ mengungkapkan, syukur 87 tahun Gereja Santo Yusup Baturetno bukanlah soal usia semata. “Syukur ulang tahun ini menjadi syukur perjalanan Gereja bersama dengan umat dan masyarakat Baturetno,” ungkap Romo yang aktif dalam dialog lintas agama itu.

Lebih lanjut ia pun menjelaskan tema perayaan. “Melalui tema kali ini, Paroki Baturetno ingin terus-menerus memaknai kehadirannya di masyarakat. Oleh karenanya, Paroki Baturetno tidak boleh berpuas diri dan berhenti untuk memperbarui diri. Paroki Baturetno perlu bertransformasi  agar dapat menemukan cara-cara yang lebih sesuai untuk menghadirkan nilai-nilai luhur di masa kini dan mendatang. Tentunya, usaha itu dapat disinergikan agar dapat turut serta berkontribusi menjadikan Indonesia lebih maju,” ujar Romo Didik.

Romo Didik menggunakan kesempatan perjumpaan lintas agama itu sekaligus untuk berkenalan karena baru saja ditugaskan di Paroki Baturetno itu.

Pada syukuran tersebut, Bupati Wonogiri Setyo Sukarno berkesempatan hadir dan mengikuti acara hingga selesai. Dalam sambutannya, ia menyatakan, Gereja Santo Yusup Paroki Baturetno menjadi penjaga harmoni kerukunan hidup bermasyarakat. “Sudah bertahun-tahun, Paroki ini selalu menginisiasi, mengundang tokoh lintas agama dan masyarakat untuk bersyukur bersama,” katanya.

Pendeta Dian Sunu Prakosa dari Gereja Kristen Jawa dalam kesempatan itu bahkan mengajukan permohonan agar para pemuka beragama berkenan untuk bersatu dalam group komunikasi. Ia pun mendorong inspirasi dari Paroki Baturetno ini dapat berlanjut dilaksanakan oleh lembaga agama lain. “Kita bisa menamai aktivitas tersebut dengan Berbagi Serambi. Secara bergantian, kita dapat mengundang para tokoh agama dan kepercayaan berserta masyarakat untuk berkegiatan bersama di serambi tempat ibadah kita,” harapnya. Sebelumnya, Pendeta Sunu memaparkan mengenai 3 pokok perhatian Gereja Kristen Jawa yang harapannya bisa menjadi gerak bersama dengan Paroki Baturetno dan masyarakat, yaitu perhatian pada ekologi (khususnya pengelolaan sampah), Gereja yang ramah anak dan memberi perhatian pada keterlibatan orang muda serta perhatian pada perwujudan kesejahteraan umat.

Mursidi dari FKUB Kabupaten Wonogiri, Ustad Dedi Al Jawi dari NU Baturetno,  dan Wahyu dari LDII Baturetno juga berkesempatan menyampaikan kesan dan pesan untuk umat dan pengurus Gereja Santo Yusup Paroki Baturetno.

Selain para pemuka agama, hadir juga ketua wilayah dan ketua lingkungan se-Paroki Baturetno serta warga masyarakat sekitar gereja. Pada kesempatan itu, siswa-siswi SMP Santo Aloysius Kanisius Baturetno menampilkan kolaborasi angklung dan puisi. Siswa-siswi dari sekolah tersebut tidak semua beragama Katolik ada juga yang beragama Islam. Semua tampak kompak dan memukau membawakan keharmonisan melalui musik angklung, menyanyi dan berpuisi.

Bagikan:

Recommended For You

About the Author: redinspirasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *